GAZA, PALESTINA — Hamas berencana membebaskan sandera AS-Israel, Edan Alexander, sebagai bagian dari negosiasi gencatan senjata dengan Amerika Serikat dan upaya membuka bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Langkah ini menjadi bagian dari negosiasi intensif dengan Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata dan membuka akses bantuan kemanusiaan ke wilayah yang tengah dilanda konflik.
Pernyataan resmi Hamas, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, menyebutkan bahwa pembebasan ini merupakan wujud niat baik untuk mendukung pembukaan perbatasan Gaza. “Kami siap bernegosiasi dengan serius demi kesejahteraan rakyat Gaza,” ujar seorang pejabat Hamas, seperti dilansir pada Senin (12/5).
Negosiasi Langsung dengan AS
Berbeda dari putaran sebelumnya, kali ini Hamas menjalin komunikasi langsung dengan AS tanpa melibatkan Israel secara penuh. Pembicaraan ini difasilitasi oleh mediator seperti Qatar dan Mesir, yang berupaya menjembatani kesepakatan gencatan senjata jangka panjang. Langkah ini memicu spekulasi bahwa ada kemajuan signifikan dalam upaya meredakan ketegangan di Gaza yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Edan Alexander, yang disandera sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, menjadi simbol harapan bagi keluarga yang menanti kembalinya para tawanan. Pembebasannya diharapkan dapat membuka jalan bagi negosiasi lebih lanjut, termasuk pembebasan sandera lain dan tahanan Palestina yang ditahan Israel.
Tekanan dari AS dan Gencatan Senjata
Presiden AS, Donald Trump, sebelumnya telah memberikan peringatan keras kepada Hamas untuk segera membebaskan sandera. Dalam unggahannya di Truth Social, Trump menulis, “BEBASKAN SANDERA SEKARANG, ATAU AKAN ADA NERAKA YANG HARUS DIBAYAR NANTI!” Pernyataan ini mencerminkan tekanan besar dari Washington untuk menyelesaikan krisis sandera dan meredakan konflik di Gaza.
Sejak gencatan senjata fase pertama dimulai pada 19 Januari 2025, Hamas telah membebaskan sejumlah sandera, termasuk 33 warga Israel, sebagai imbalan atas pembebasan sekitar 1.700 hingga 2.000 tahanan Palestina oleh Israel. Kesepakatan ini juga memungkinkan masuknya truk bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskipun Hamas sempat menunda pembebasan sandera karena menganggap Israel tidak memenuhi syarat gencatan senjata, seperti akses bantuan ke Gaza utara.
Harapan Baru untuk Gaza
Rencana pembebasan Edan Alexander disambut positif oleh berbagai pihak. Banyak yang melihat langkah ini sebagai titik balik menuju stabilitas di Gaza.
“Kami berharap ini menjadi langkah awal menuju perdamaian yang lebih permanen,” kata seorang warga Gaza yang enggan disebutkan namanya, mencerminkan harapan rakyat setempat akan kehidupan yang lebih baik.
Namun, tantangan masih besar. Hamas menegaskan bahwa mereka tidak akan menyetujui gencatan senjata sementara tanpa jaminan penarikan pasukan Israel dari Gaza. Sementara itu, Israel bersikukuh untuk tidak mundur sebelum semua sandera dibebaskan dan ancaman dari Hamas dinetralisasi.
Dengan negosiasi yang masih berlangsung, dunia menanti kelanjutan pembicaraan untuk gencatan senjata fase kedua. Mediator AS, termasuk Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dijadwalkan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk membahas langkah berikutnya.
Pembebasan sandera seperti Edan Alexander bisa menjadi katalis untuk membangun kepercayaan antara kedua belah pihak, meskipun jalan menuju perdamaian tetap penuh liku.