JAKARTA — Pasar saham Indonesia kembali mencatat sejarah. Sepanjang periode perdagangan 6–10 Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High/ATH) setelah melesat 1,72% ke level 8.257,85 poin.
Pencapaian fantastis IHSG ini menunjukkan optimisme kuat pelaku pasar terhadap arah ekonomi nasional, di tengah dinamika global yang masih bergejolak.
Investor asing tercatat agresif melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp3,21 triliun di seluruh pasar saham Indonesia.
Meski demikian, pada pasar reguler masih terjadi net sell tipis oleh asing senilai Rp386 miliar, menandakan adanya rotasi portofolio menuju saham-saham potensial berkapitalisasi menengah yang sedang naik daun.
Mengutip laporan Bloomberg Technoz, Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Emiten energi ini menjadi saham paling banyak diborong investor asing, mencatat net buy fantastis hingga Rp736,08 miliar.
Dukungan modal asing yang masif membuat harga saham CUAN melesat hingga 51,88% dalam sepekan, menutup perdagangan di posisi Rp2.430 per saham pada Jumat (10/10/2025).
Kenaikan tajam ini menjadikan CUAN primadona baru di lantai bursa.
Sepanjang pekan itu, sepuluh saham dengan pembelian tertinggi oleh investor asing didominasi sektor energi, teknologi, dan konglomerasi.
Setelah CUAN, posisi berikutnya ditempati PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dengan net buy Rp536,81 miliar, disusul PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) sebesar Rp445,91 miliar, dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp396,39 miliar.
Saham unggulan lain seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga ikut menikmati aliran dana asing, memperkuat sentimen positif di sektor energi dan manufaktur nasional.
Namun di sisi lain, aksi jual asing menekan sejumlah saham perbankan besar. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi korban utama, mencatat net sell jumbo sebesar Rp1,36 triliun. Akibatnya, harga saham BBCA terkoreksi 1,66% ke posisi Rp7.400 per saham.
Tekanan serupa juga dialami PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan net sell Rp1,26 triliun dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp475,52 miliar, memperlihatkan adanya pergeseran minat investor ke sektor non-perbankan yang dianggap lebih prospektif dalam jangka pendek.
Sementara itu, saham-saham sektor energi dan digital diprediksi masih akan menjadi penggerak utama IHSG dalam beberapa pekan mendatang, seiring peningkatan harga komoditas global dan akselerasi transformasi digital nasional.
Dengan sentimen positif yang kuat dan arus modal asing yang terus mengalir, IHSG berpotensi menembus level psikologis baru di atas 8.300 poin, memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pasar saham paling dinamis di kawasan Asia Tenggara.
Meski demikian, menjelang penutupan sesi pertama hari ini, Senin (13/10/2025), IHSG menurun 0,14 persen ke level 8.246,55.
Tak hanya IHSG, sebagian besar bursa saham besar regional pun berada di zona merah. Nikkei 225 turun 1,01 persen, bursa China Shenzhen turun tajam 2,56 persen, Hang Seng turun 3,49 persen, Straits Time Singapura turun 1,07 persen.***




