JAKARTA – Hubungan strategis antara Rusia, India dan China semakin menguat, didorong oleh pasokan minyak murah dari Moskow yang menentang tekanan sanksi Amerika Serikat (AS).
Ketiganya, yang kini memiliki “musuh bersama” dalam bentuk kebijakan sanksi AS, memanfaatkan peluang ekonomi ini untuk memperdalam kerja sama energi, menurut laporan terbaru.
Dalam Konferensi Tingkat Tinggi Shanghai Cooperation Organization (SCO) di Tianjin, China, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden China Xi Jinping.
Pertemuan ini menjadi momen krusial bagi Rusia untuk mengamankan pasar ekspor energi di tengah sanksi Barat yang kian ketat pasca-invasi ke Ukraina.
“Mereka kini memiliki musuh bersama, yang tidak lain adalah Amerika Serikat (AS) setelah memberlakukan sanksi terhadap Rusia dan mengenakan tarif besar pada mitra dagangnya,” demikian laporan tersebut.
Data menunjukkan ekspor minyak Rusia ke India melonjak signifikan, dengan New Delhi meningkatkan pembelian hingga mencapai rekor pada Mei 2025, menjadikan Rusia pemasok minyak terbesar bagi India, melampaui Arab Saudi.
Sementara itu, China juga menjadi tujuan utama minyak Rusia, dengan diskon harga yang sulit ditolak. Iran, yang sebelumnya bersaing di pasar China, terpaksa memangkas harga minyaknya untuk tetap kompetitif, menurut laporan Bloomberg.
KTT SCO di Tianjin tidak hanya menjadi ajang diplomasi, tetapi juga panggung untuk memperkuat aliansi ekonomi.
Rusia, yang menghadapi boikot dari negara-negara Barat, kini mengandalkan India dan China sebagai pasar utama untuk menjaga arus ekspor energinya.
“Pertemuan ini berlangsung di tengah meningkatnya tekanan internasional dan kebutuhan Rusia untuk mengamankan pasar ekspor energi yang stabil,” tulis laporan tersebut.
Sementara itu, harga minyak dunia terus berfluktuasi akibat ketegangan geopolitik, termasuk eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang mengancam kilang-kilang Rusia.
Situasi ini mendorong kenaikan harga minyak global, memberikan peluang bagi Rusia untuk memaksimalkan keuntungan dari pasar Asia.
Hubungan yang semakin erat antara ketiga negara ini menandakan pergeseran dinamika geopolitik global.
Dengan minyak murah sebagai perekat, Rusia, India, dan China tidak hanya memperkuat kerja sama ekonomi, tetapi juga membentuk front bersama melawan dominasi kebijakan ekonomi AS.





