BEIRUT, LEBANON– Militer Israel mengklaim telah melancarkan serangan terhadap lokasi militer di wilayah timur dan selatan Lebanon pada Kamis (20/3). Serangan ini terjadi meskipun gencatan senjata yang disepakati pada November lalu seharusnya mengakhiri konflik dengan kelompok militan Hizbullah.
Media pemerintah Lebanon juga mengonfirmasi serangan tersebut pada hari yang sama, melaporkan adanya serangan Israel di wilayah selatan dan timur negara itu.
Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh AFP pada Jumat (21/3), militer Israel menyatakan, “Beberapa saat yang lalu, IDF (militer Israel) menyerang lokasi militer yang berisi situs infrastruktur teroris bawah tanah di daerah Bekaa, Lebanon.
“Serangan juga ditujukan ke lokasi militer di Lebanon selatan yang berisi peluncur roket, di mana aktivitas Hizbullah telah diidentifikasi.”
Sementara itu, National News Agency (NNA) milik pemerintah Lebanon melaporkan bahwa “pesawat musuh” menyerang “lereng timur pegunungan di dalam kota Janta di Bekaa,” serta “pinggiran kota Taraya, sebelah barat Baalbek.” Selain itu, empat rudal dilaporkan ditembakkan di daerah Nabatiyeh di Lebanon selatan. Hingga saat ini, belum ada laporan korban jiwa dari serangan tersebut.
Latar Belakang Gencatan Senjata
Gencatan senjata yang disepakati pada 27 November 2024 sebagian besar telah menghentikan pertempuran antara Hizbullah, kelompok militan yang didukung Iran, dan Israel. Konflik ini telah berlangsung selama lebih dari setahun, termasuk dua bulan perang terbuka di mana Israel mengerahkan pasukan darat. Hizbullah mengklaim bahwa tindakan mereka bertujuan untuk mendukung Hamas, yang sedang berkonflik dengan Israel di Gaza.
Meskipun gencatan senjata telah berlaku, Israel terus melakukan serangan di wilayah Lebanon. Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, Israel diharapkan menarik pasukannya dari Lebanon pada 18 Februari, setelah melewati batas waktu Januari. Namun, Israel justru menempatkan pasukan di lima lokasi yang dianggap “strategis.” Di sisi lain, gencatan senjata juga mengharuskan Hizbullah untuk mundur ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer dari perbatasan, dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.
Reaksi dan Implikasi
Serangan terbaru ini menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan gencatan senjata dan stabilitas di kawasan tersebut. Meskipun belum ada korban jiwa yang dilaporkan, eskalasi militer seperti ini berpotensi memicu ketegangan baru antara Israel dan Hizbullah. Kedua belah pihak telah berulang kali melanggar kesepakatan gencatan senjata, menimbulkan kekhawatiran akan kembalinya konflik berskala besar.
Dengan situasi yang terus berkembang, masyarakat internasional memantau dengan cermat apakah kedua pihak akan kembali mematuhi kesepakatan gencatan senjata atau justru memicu konflik yang lebih luas. Serangan ini juga menggarisbawahi kompleksitas hubungan antara Israel, Hizbullah, dan aktor-aktor regional lainnya, termasuk Iran, yang terus mendukung kelompok militan di Lebanon.