JAKARTA – Pemantauan kesehatan jemaah haji 2025 langsung diintensifkan sejak kedatangan pertama di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah.
Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang merupakan bagian dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bersiaga penuh memastikan kondisi medis setiap jemaah terpantau sejak awal.
Ini menjadi bukti nyata keseriusan pemerintah dalam menjaga kesehatan jemaah sejak tiba di Tanah Suci.
Kedatangan kloter JKG-05 dari embarkasi Jakarta Pondok Gede menjadi salah satu momen penting.
Pukul 09.46 waktu Arab Saudi, pesawat mendarat dan tim TKHI segera bergerak cepat memberikan penanganan medis kepada jemaah yang mengalami kelelahan pasca perjalanan panjang.
Melansir laman Kemenag, salah satu jemaah langsung menerima injeksi sebagai bentuk intervensi cepat.
“Seorang jemaah langsung kami berikan obat suntik setibanya di bandara,”
“Sementara jemaah lainnya dalam kondisi baik dan cukup menjalani pemeriksaan tensi serta observasi ringan,” jelas dr. Jumiati Satrul, dokter spesialis penyakit dalam dari TKHI di Bandara Madinah, Sabtu (3/5/2025).
Dokter Tiap Kloter, Laporan Berkala
Sistem layanan kesehatan haji 2025 telah dirancang menyeluruh dan responsif.
TKHI telah menempatkan minimal satu dokter di setiap kloter jemaah sejak dari tanah air.
Para dokter ini bertugas memantau perkembangan kesehatan jemaah sejak berada di asrama haji, saat penerbangan, hingga tiba di Arab Saudi.
Seluruh informasi medis dicatat secara sistematis dan dilaporkan secara berkala kepada tim TKHI yang bertugas di bandara.
Jika ditemukan kasus serius, prosedur rujukan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) atau rumah sakit lokal segera dijalankan.
“Koordinasi ini penting untuk memastikan jemaah mendapatkan penanganan secepat mungkin begitu mendarat,” tambahnya.
Hotel Dekat Masjid Nabawi
Hingga Sabtu (3/5/2025), berdasarkan data dari Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama RI, sebanyak 7.373 jemaah gelombang pertama telah tiba di Madinah sejak fase kedatangan dimulai pada 2 Mei.
Tim medis tetap berjaga dalam kondisi siaga penuh di bandara dan area penginapan.
Untuk mempermudah akses ibadah dan mempercepat adaptasi lingkungan, para jemaah ditempatkan di hotel-hotel sekitar kompleks Masjid Nabawi.
Hal ini memungkinkan mereka dapat langsung menjalankan salat berjemaah, ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW, dan aktivitas ibadah lainnya tanpa jarak yang melelahkan.***