DENPASAR – Puluhan perempuan pegiat skateboard di Bali tampil unik dengan mengenakan kebaya saat meluncur di arena skate, Minggu (21/4/2025). Aksi ini digelar untuk memperingati Hari Kartini sekaligus merayakan semangat emansipasi di tengah dunia olahraga ekstrem yang masih didominasi laki-laki.
Komunitas GalsSkate Bali menjadi penggagas kegiatan ini. Rodi, pendiri komunitas tersebut, mengungkapkan kegiatan ini dirancang khusus untuk menghormati jasa R.A. Kartini yang membuka jalan bagi perempuan, termasuk mereka yang kini bebas menyalurkan hobi seperti skateboard.
“Kalau tidak ada Ibu Kartini, mereka (skater perempuan) juga tidak ada di sini, ini supaya orang tua anak-anak ini juga memberi izin mereka bermain, karena ini hobi bagus, mereka belajar mental jatuh bangun dan bisa kumpul dengan teman-teman aktif di luar daripada hanya main gawai,” ujar Rodi, dilansir dari Antara.
Perempuan asal Jerman yang telah menetap di Bali selama dua dekade itu juga mengajak para pegiat sepatu roda untuk turut serta dalam kegiatan yang digelar di Lapangan Lumintang, Denpasar. Kebaya dan kamen adat Bali menjadi simbol penghormatan terhadap budaya dan perjuangan Kartini.
Meski mengenakan busana tradisional saat bermain bukan hal yang mudah, para peserta tetap antusias. Menurut Rodi, para skater menyiasati kesulitan dengan melakukan manuver yang lebih sederhana.
Tantangan terbesar justru bukan soal pakaian, melainkan mengajak lebih banyak perempuan untuk berani tampil di skatepark yang umumnya dikuasai laki-laki.
“Masalah wanita ada banyak laki-laki di skatepark, karena olahraga ini didominasi laki-laki, jadi kalau sendiri ke lapangan minder, makanya kami buat acara ini agar bisa kumpul anak-anak perempuan di tampat yang aman,” katanya.
Dipilihnya Lapangan Lumintang sebagai lokasi kegiatan bukan tanpa alasan. Arena ini baru saja direnovasi oleh pemerintah, dan dinilai cocok untuk menjadi ruang ekspresi para skater muda.
Peserta yang terlibat didominasi anak-anak perempuan usia belasan tahun. Selain merayakan Hari Kartini, kegiatan ini juga bertujuan memupuk semangat berlatih secara rutin, apalagi kini pemerintah mulai menyediakan fasilitas pendukung olahraga ekstrem.
Salah satu peserta, Sarkara Laislana Abhipraya, mengaku gembira mendapat tantangan bermain skateboard sambil mengenakan kebaya.
Meski baru berusia 13 tahun, Sarkara menganggap kegiatan ini sebagai simbol kebebasan perempuan. Ia sendiri serius menekuni skateboard dan rutin mengikuti berbagai kompetisi demi mewujudkan cita-citanya menjadi atlet profesional.
“Skate itu dibilang rata-rata olahraga susah, terutama untuk perempuan, jadi seperti diminta biarkan laki-laki saja, tapi menurut saya perempuan mempunyai bakat untuk bermain dengan laki-laki, dan laki-laki juga tidak semuanya bisa main skateboard,” ujarnya.
Menurut Sarkara, potensi skater perempuan di Bali sangat besar. Ia berharap ke depan akan lebih banyak kompetisi dengan kategori khusus bagi perempuan agar semangat mereka terus tumbuh.