JAKARTA – Hampir setengah warga Amerika Serikat (AS) menentang kemungkinan serangan udara terhadap Iran, memperkeruh konflik Iran-Israel, menurut hasil survei terbaru The Washington Post.
Di tengah meningkatnya ketegangan konflik Iran-Israel, mayoritas masyarakat AS justru menunjukkan sikap skeptis terhadap upaya eskalasi militer yang digagas Washington.
Temuan ini menandai adanya penurunan dukungan publik terhadap kebijakan luar negeri Presiden Donald Trump yang berpotensi memicu perang besar di Timur Tengah.
Diselenggarakan pada Rabu (18/6) melalui metode pesan teks dan melibatkan lebih dari 1.000 responden, jajak pendapat ini merekam suara masyarakat AS dalam merespons potensi keterlibatan negaranya dalam konflik Iran.
Hasilnya: 45 persen warga menolak opsi serangan militer, hanya 25 persen mendukung, dan 30 persen lainnya belum menentukan sikap.
Survei ini dilakukan pada saat yang kritis, ketika Washington disebut tengah mempertimbangkan respons militer atas dinamika terbaru yang terjadi antara Teheran dan Tel Aviv.
Ketidakyakinan publik terhadap pendekatan agresif pemerintah menjadi sorotan, mengingat ada selisih hingga 20 poin antara pihak yang menentang dan mendukung aksi militer.
Dukungan terhadap serangan ini sangat dipengaruhi oleh afiliasi politik.
Mayoritas pemilih Partai Demokrat—dua dari tiga orang—menolak intervensi militer terhadap Iran, mencerminkan konsistensi nilai anti-perang dalam basis ideologis mereka.
Sebaliknya, hampir setengah (47 persen) dari pendukung Partai Republik justru menyatakan persetujuan terhadap serangan udara tersebut.
Hanya 24 persen dari kelompok ini yang menyatakan penolakan, sementara 29 persen lainnya memilih untuk tidak mengambil posisi.
Ancaman Nuklir dan Kekhawatiran Perang
Publik Amerika juga terbagi dalam menilai ancaman dari program nuklir Iran.
Sekitar 20 persen meyakini program tersebut sebagai ancaman langsung dan serius terhadap keamanan nasional AS.
Hampir setengahnya menilainya sebagai ancaman sedang, sedangkan sepertiga lainnya tidak menganggapnya mengkhawatirkan.
Kekhawatiran akan keterlibatan militer yang lebih luas juga tampak dalam hasil survei.
Sekitar 40 persen warga mengaku sangat khawatir AS akan terseret dalam perang skala penuh dengan Iran.
Proporsi yang hampir sama mengatakan mereka cukup khawatir, menunjukkan tingginya tingkat kecemasan masyarakat terhadap kebijakan luar negeri AS yang cenderung konfrontatif.
Hasil jajak pendapat ini menandai tantangan besar bagi para pembuat kebijakan di Washington.
Di tengah ketegangan geopolitik yang memuncak, suara publik tampak semakin kritis dan menginginkan solusi non-militer yang lebih berimbang.
Survei ini menjadi cermin bahwa masyarakat AS tidak serta-merta mendukung pendekatan koersif, bahkan ketika menyangkut isu keamanan strategis.***