ST. PETERSBURG – Presiden Prabowo Subianto, menyampaikan pesan perdamaian yang menggugah dalam sesi dialog di Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF) 2025.
Di hadapan para pemimpin dunia dan ekonom internasional, Presiden Prabowo menegaskan bahwa pengalamannya sebagai mantan tentara justru menanamkan nilai kuat akan pentingnya diplomasi dan penyelesaian damai, bukan konflik senjata.
Ia menyatakan bahwa pendekatan dialog adalah pilihan yang lebih bijak dan manusiawi dibanding kekerasan terbuka.
Dalam forum bergengsi tersebut, Presiden Prabowo menyoroti nilai strategis perundingan dalam meredakan ketegangan, baik di dalam negeri maupun kancah global.
Terkait pendekatannya dalam menyikapi lawan, Presiden Prabowo merujuk pada sosok legendaris Afrika Selatan, Nelson Mandela, sebagai panutan utama dalam memaknai rekonsiliasi sebagai langkah politik dan moral yang luhur.
“Saya adalah mantan tentara. Sebagai mantan tentara, saya sangat memahami nilai dari perdamaian dan rekonsiliasi,” ujar Presiden Prabowo, Jumat (20/6).
Mengutip Mandela, Presiden Prabowo menilai bahwa keagungan pemimpin terletak pada kemampuannya untuk membangun jembatan perdamaian setelah konflik panjang. Ia pun menegaskan bahwa prinsip serupa menjadi pijakan dalam membangun hubungan di dalam negeri.
Rekonsiliasi ala Prabowo: Dari Aceh Menuju Istana
Sebagai contoh nyata, Presiden Prabowo menyinggung kisah transformasi konflik di Aceh.
Ia menyampaikan bahwa mantan pimpinan Tentara Pembebasan Aceh, yang dulu memerangi pemerintah selama lebih dari dua dekade, kini telah bergabung dalam partai yang dipimpinnya dan menjabat sebagai Gubernur Aceh.
“Bayangkan, mantan komandan Tentara Pembebasan Aceh, yang dulu memerangi kami selama lebih dari 25 tahun, kini bergabung dengan partai politik saya.”
“Dia sekarang menjadi anggota partai saya. Dan kini, ia menjabat sebagai Gubernur Aceh, sementara saya Presiden Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Presiden Prabowo, kisah Aceh mencerminkan bahwa musuh lama bisa menjadi mitra baru, asalkan ada kemauan untuk berbicara dan membangun bersama. Ia menilai hal ini sebagai hasil nyata dari penerapan filosofi Mandela dalam praktik politik nasional.
“Ini menunjukkan bahwa mantan musuh bisa bersatu kembali. Dan saya pikir ini adalah pelajaran dari Nelson Mandela,” tegasnya.
Perundingan Sebagai Jalan Utama Menghindari Konflik
Lebih jauh, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa upaya perdamaian melalui negosiasi bukanlah hal baru dalam kariernya.
Sejak menjadi prajurit, ia sudah terbiasa mendorong opsi diplomasi dibanding kekuatan militer.
“Sebagai mantan tentara, saya selalu berusaha—bahkan sejak dulu—untuk berunding. Berunding, berunding, dan terus berunding.”
Ia menegaskan bahwa penyelesaian damai selalu menjadi prioritas dalam setiap konflik, baik skala nasional maupun internasional.
Prabowo menutup pernyataannya dengan ajakan untuk terus membuka ruang dialog antarnegara.
“Lebih baik berbicara daripada saling membunuh. Itulah posisi saya. Selalu bicara. Selalu negosiasi,” terang Presiden Prabowo.***