JAKARTA – Kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang menimpa 1.126 buruh PT Yihong Novatex Indonesia di Cirebon, Jawa Barat, menjadi perhatian luas masyarakat.
Bukan hanya di dunia nyata, kisruh ini juga mengguncang dunia maya—terutama platform TikTok. Kata kunci “PHK PT Yihong” mendadak viral dengan berbagai konten yang memuat simpati, sindiran, hingga analisis tajam dari para kreator konten.
Perusahaan tekstil asal Tiongkok ini memutuskan menghentikan operasionalnya pasca-mogok kerja selama empat hari oleh para karyawannya.
Imbasnya, seluruh pekerja terkena PHK tanpa gaji, pesangon, bahkan tunjangan hari raya (THR).
Ketika fakta ini mencuat, netizen—terutama TikTokers—meresponsnya dengan ragam gaya.
Dari yang membela buruh, mengecam manajemen, hingga yang mencoba memaklumi keputusan perusahaan, semua turut menyuarakan opini lewat layar kecil ponsel.
Sebagian besar komentar pedas netizen bermula dari sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok @cirebon823 pada Jumat, 4 April 2025.
Video berdurasi singkat itu memperlihatkan tangkapan CCTV di lingkungan PT Yihong Novatex Indonesia, yang langsung memancing reaksi besar dari warganet.
Dalam tayangan tersebut, terlihat sejumlah aktivitas buruh yang disebut-sebut menjadi awal mula konflik antara karyawan dan manajemen.
Meski belum ada klarifikasi resmi dari pihak perusahaan, netizen dengan cepat membentuk opini publik, baik yang memihak buruh maupun yang menyayangkan tindakan mogok kerja yang terjadi sebelumnya.
Unggahan ini menjadi pemicu viralnya isu PHK massal 1.126 buruh. Tagar-tagar seperti #PTYihong, #PHKMassa, #SaveBuruhCirebon, hingga #CCTVViral langsung membanjiri linimasa.
Sebagian komentar mempertanyakan kebijakan manajemen, sementara lainnya menyoroti efek domino dari aksi mogok dan keputusan perusahaan yang drastis.
1. Reaksi Emosional: Empati Publik Meluap di TikTok
Banyak TikTokers menyajikan narasi dramatis yang menyentuh hati. Mereka menggabungkan klip berita, footage demo, dan musik latar menyedihkan.
Seorang kreator mungkin membuka videonya dengan narasi, “Bayangin, kerja bertahun-tahun, tiba-tiba di-PHK gara-gara mogok 4 hari! 1.126 orang kehilangan mata pencaharian di Cirebon!”
Unggahan semacam ini menggugah empati publik dan membuka ruang diskusi di kolom komentar. Simpati terhadap nasib buruh mengalir deras dari netizen, menyoroti sisi kemanusiaan dalam krisis ketenagakerjaan ini.
Komentar netizen pun memperkuat sentimen tersebut. Banyak yang mempertanyakan tanggung jawab perusahaan dan menuntut peran aktif pemerintah.
Ungkapan seperti “Pemerintah harus gercep!” dan “Ini perusahaan kok bisa semena-mena?” membanjiri ruang komentar, menunjukkan bahwa publik merasa keterlibatan negara penting dalam penyelesaian konflik industri semacam ini.
2. Gaya Satir & Humor: Kritik Tajam Dibungkus Tawa
Sisi lain dari TikTok menunjukkan kreativitas netizen dalam membungkus isu berat menjadi ringan dan satir. Beberapa kreator memilih pendekatan parodi. Salah satu skenario viral menggambarkan dialog imajiner:
“Pendemo: tutup PT Yihong 😡 – Bos: yaudah saya tutup 😡 – Pendemo: lah malah ditutup beneran 😭”
Dengan efek suara lucu dan gaya overacting, konten semacam ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menyindir tajam realitas yang dihadapi para pekerja.
Gaya ini efektif menjangkau audiens yang lebih luas, khususnya generasi muda yang aktif di platform hiburan seperti TikTok.
Caption seperti “Ketika mogok kerja malah jadi boomerang” memperkuat daya jangkau konten dan mendorong penonton untuk berpikir kritis, meski dalam kemasan yang ringan.
3. Edukasi dan Analisis: TikTokers Jadi Jurnalis Alternatif
Bergeser ke konten yang lebih serius, sejumlah TikTokers tampil sebagai pencerah isu. Mereka memproduksi video edukatif dengan teks berjalan, data infografik, hingga ulasan hukum ketenagakerjaan. Narasi seperti:
“Fakta PHK PT Yihong: perusahaan rugi gara-gara mogok, tapi Disnaker bilang nggak pailit. Jadi, sah atau nggak PHK-nya?”
Konten ini memberikan pengetahuan baru bagi audiens dan memperkuat posisi TikTok sebagai media informasi alternatif.
Tidak sedikit konten ini ditutup dengan pertanyaan provokatif, seperti: “Tim pekerja atau tim perusahaan? Yuk, komentar!”
4. Sudut Pandang Lokal: Dialek & Identitas Menguatkan Solidaritas
Reaksi TikTokers dari Cirebon atau Jawa Barat membawa kedekatan emosional yang lebih dalam. Dalam dialek Sunda, beberapa kreator menyuarakan keresahan lokal:
“Aduh, ieu mah cilaka, 1.126 urang Cirebon kalah gawe! Pemda kudu ngabantuan lah!”
Unggahan ini kerap disertai footage aksi massa di depan Kantor Bupati Cirebon pada 11 Maret 2025.
Solidaritas antarwarga pun menguat, menyuarakan tuntutan agar hak buruh dipenuhi dan perusahaan bertanggung jawab atas dampaknya terhadap ekonomi lokal.
5. Pembelaan terhadap Perusahaan: Minoritas yang Kritis dan Kontroversial
Meski sebagian besar simpati tertuju pada pekerja, ada pula TikTokers yang menyuarakan dukungan terhadap PT Yihong.
Mereka biasanya berasal dari komunitas wirausaha atau edukasi finansial yang memahami logika bisnis. Salah satu narasi berbunyi:
“Guys, PT Yihong rugi besar gara-gara mogok kerja 4 hari, buyer kabur, pesanan dibatalkan. Mereka cuma beroperasi 2 tahun, wajar sih tutup kalau nggak ada pemasukan!”
Ada juga yang menyindir pekerja secara provokatif: “Mogok kerja emang hak karyawan, tapi kalau ujungnya perusahaan bangkrut, ya sama aja nembak kaki sendiri.”
Meskipun menyulut perdebatan, suara ini memperkaya diskusi tentang ketenagakerjaan dan keberlanjutan industri di Indonesia.
6. Komentar Netizen: Dari Lucu, Tajam, hingga Menohok
Komentar publik yang terekam dalam berbagai unggahan TikTok memperlihatkan spektrum respons luas:
“Saran ajh, di CV jgn naro pengalaman kerja di PT Yihong”
“Investor lari ke Vietnam karena ulah preman demo terus”
“Saya dukung 1000% tindakan PT Yihong … ketegasan perlu banget di industri Indonesia”
Konten ini memicu diskusi antara pendukung buruh dan pendukung perusahaan, menguji batas antara solidaritas dan realisme bisnis.
7. TikTok Jadi Arena Advokasi dan Kritik Sosial Digital
Fenomena TikTok dalam menyikapi kasus PHK PT Yihong membuktikan bahwa media sosial kini menjadi ruang publik virtual yang efektif dalam menyuarakan isu-isu krusial.
Dari yang menyentuh hati, mengundang tawa, hingga memberi pemahaman, konten TikTokers memperlihatkan bahwa kreativitas bisa menjadi alat advokasi yang ampuh.
Kisah ini belum usai. Di tengah sengkarut ketidakpastian hukum, nasib para mantan pekerja masih menggantung. Sementara itu, TikTok terus menjadi cermin perasaan publik—tajam, spontan, dan reflektif.
“Bayangin, kerja bertahun-tahun, tiba-tiba di-PHK gara-gara mogok 4 hari! 1.126 orang kehilangan mata pencaharian di Cirebon!”***