Delaware – Raksasa pengujian DNA, 23andMe, secara resmi mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 11 di pengadilan Delaware, Amerika Serikat, menandai babak kelam bagi perusahaan yang pernah menjadi pionir dalam layanan genetika langsung ke konsumen. Langkah ini bersamaan dengan pengunduran diri Anne Wojcicki, pendiri sekaligus CEO, yang meninggalkan kursi kepemimpinan di tengah badai finansial. Posisinya sementara diambil alih oleh Joe Selsavage, Chief Financial Officer, saat perusahaan berupaya menata ulang nasibnya melalui penjualan aset.
Keputusan ini menutup perjalanan panjang 23andMe yang sempat mencapai valuasi puncak $6 miliar setelah melantai di bursa pada 2021. Namun, kini, nilai perusahaan merosot tajam hingga hanya menyisakan sekitar 2% dari puncaknya tersebut. Pasca-pengumuman kebangkrutan, saham 23andMe anjlok antara 46% hingga 60%, mencerminkan ketidakpercayaan investor terhadap masa depan perusahaan.
Akar Krisis: Bisnis yang Terpuruk
Di balik kejatuhan ini terdapat serangkaian tantangan struktural. Sejak IPO, 23andMe gagal mencatatkan keuntungan, terhimpit oleh model bisnis yang bergantung pada penjualan tes DNA satu kali tanpa strategi pendapatan berulang yang kokoh. Permintaan pasar terhadap pengujian genetika konsumen juga terus menurun, seiring melambatnya minat publik setelah lonjakan awal. Analis menilai, kegagalan perusahaan untuk berinovasi dan diversifikasi menjadi pemicu utama kebuntuan finansial ini.
“23andMe menghadapi kenyataan pahit bahwa pasar genetika konsumen tidak lagi seksi seperti dulu,” ujar seorang pengamat industri teknologi kesehatan yang enggan disebut namanya. “Mereka tidak mampu menemukan cara untuk membuat pelanggan kembali, dan itu fatal.”
Operasi Tetap Berjalan, Data Jadi Sorotan
Meski berada di ambang kehancuran, 23andMe menegaskan bahwa operasionalnya akan terus berjalan selama proses penjualan aset. Dalam pernyataan resminya, perusahaan berkomitmen untuk tidak mengubah kebijakan penyimpanan, pengelolaan, atau perlindungan data pelanggan. Namun, janji ini tidak sepenuhnya meredam kekhawatiran publik.
Data genetik jutaan pengguna yang tersimpan di server 23andMe menjadi sorotan tajam, terutama setelah pelanggaran keamanan di masa lalu. Peringatan keras dari Jaksa Agung California pada awal Maret 2025, yang mendesak pelanggan untuk menghapus data mereka dari platform, semakin memperkeruh situasi. Dalam kondisi kebangkrutan, nasib data sensitif ini—yang mencakup informasi genetik pribadi—bergantung pada siapa yang akhirnya membeli aset perusahaan.
Pergantian Kepemimpinan dan Langkah Selanjutnya
Pengunduran diri Anne Wojcicki, figur sentral di balik berdirinya 23andMe pada 2006, menambah dimensi dramatis pada krisis ini. Wojcicki, yang dikenal sebagai visioner di bidang genetika konsumen, memilih mundur di saat perusahaan membutuhkan kepemimpinan kuat untuk bertahan. Joe Selsavage, yang kini memegang kendali sementara, menghadapi tugas berat: menstabilkan keuangan sambil mencari pembeli potensial.
Proses kebangkrutan Bab 11 memberi 23andMe ruang untuk bernapas, memungkinkan reorganisasi atau penjualan tanpa langsung menghentikan operasi. Namun, langkah ini juga membuka peluang bagi perusahaan farmasi atau teknologi besar untuk mengakuisisi aset 23andMe—termasuk bank data genetiknya—dengan harga yang jauh di bawah ekspektasi masa lalu.
Masa Depan yang Belum Jelas
Kejatuhan 23andMe menjadi cermin bagi industri genetika konsumen: ambisi besar harus didukung oleh fondasi bisnis yang tangguh. Bagi jutaan pelanggan yang pernah mempercayakan DNA mereka, pertanyaan besar kini adalah siapa yang akan menguasai informasi pribadi mereka selanjutnya. Di tengah proses hukum dan finansial yang masih berlangsung, satu hal jelas: era keemasan 23andMe telah berakhir, dan yang tersisa hanyalah upaya terakhir untuk menyelamatkan apa yang bisa diselamatkan.