TEHERAN, IRAN – Iran menyatakan akan terus menggempur Israel hingga negara itu “menyesal atas tindakannya”, sebagaimana ditegaskan Komandan Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Kioumars Heidari, di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Pernyataan tegas tersebut disampaikan melalui kantor berita resmi Iran, IRNA, dan dikutip oleh Antara pada Senin. “Kami akan melanjutkan serangan sampai Israel menyesal atas tindakannya,” kata Brigjen Heidari.
Latar Belakang Ketegangan
Konflik antara Iran dan Israel telah berlangsung selama puluhan tahun. Perseteruan ini dipicu oleh perbedaan ideologi, dominasi geopolitik regional, serta isu sensitif seperti program nuklir Iran. Dalam beberapa bulan terakhir, konflik kembali memanas dengan sejumlah serangan udara di wilayah Suriah dan Irak yang saling dituding sebagai provokasi.
Iran menuduh Israel melanggar kedaulatan negara-negara tetangga melalui operasi militer terselubung. Sebaliknya, Israel mengklaim bahwa aksinya merupakan bentuk pertahanan terhadap ancaman dari kelompok proksi Iran, seperti Hizbullah dan milisi Syiah lainnya.
Reaksi dan Analisis
Pakar hubungan internasional dari Universitas Gadjah Mada, Dr. Andi Widjajanto, menilai bahwa pernyataan Iran merupakan strategi politik untuk menunjukkan ketegasan di tengah tekanan internasional.
“Iran ingin menunjukkan bahwa mereka tidak akan mundur meski menghadapi tekanan militer dan sanksi ekonomi,” ujar Dr. Andi kepada redaksi.
Pernyataan Iran ini juga diyakini sebagai pesan simbolik bagi sekutu regionalnya seperti Hizbullah di Lebanon dan kelompok Houthi di Yaman agar tetap siaga.
Respons Dunia dan Dampak Global
Komunitas internasional bereaksi beragam. Negara-negara seperti Qatar dan Turki menyerukan dialog untuk menurunkan eskalasi. Sementara itu, Amerika Serikat dan sekutunya memperingatkan risiko perang terbuka. Kekhawatiran ini berdampak pada fluktuasi harga minyak global akibat potensi terganggunya distribusi energi dari kawasan Teluk.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan semua pihak untuk menahan diri. “Situasi di Timur Tengah sangat rapuh. Kami mendesak semua pihak untuk menghindari tindakan yang dapat memperburuk situasi,” ujarnya dalam pernyataan resmi.
Peluang Diplomasi Tetap Terbuka
Meski suasana semakin mencekam, Iran dikabarkan masih membuka peluang untuk kembali ke meja perundingan terkait kesepakatan nuklir atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), meski dengan syarat-syarat ketat. Hal ini menandakan bahwa opsi diplomatik belum sepenuhnya tertutup.
Potensi Eskalasi Lanjutan
Analis militer dari lembaga Stratfor, Dr. Michael Reynolds, menggambarkan situasi saat ini sebagai “permainan api”. Ia memperingatkan bahwa tanpa mediasi yang kuat, konflik bisa berkembang menjadi perang terbuka.
“Iran dan Israel sama-sama memiliki kepentingan strategis yang kuat, dan tanpa mediasi yang kuat, konflik ini berpotensi meluas,” kata Reynolds.
Ketegangan yang terus meningkat ini menempatkan kawasan Timur Tengah dalam kondisi kritis. Selain mengancam stabilitas regional, konflik juga berpotensi mengganggu ekonomi global, terutama terkait pasokan energi dan keamanan jalur pelayaran di Selat Hormuz.