GARUT – Mabes TNI AD membuka kesempatan khusus bagi anak-anak korban ledakan amunisi di Garut untuk menjadi prajurit. Langkah ini merupakan bentuk tanggung jawab institusi setelah insiden Senin (12/5) yang menewaskan 13 orang (4 prajurit dan 9 warga sipil) saat proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa.
“Kodim 0611/Garut akan memberikan pendampingan penuh bagi putra-putri korban yang ingin mendaftar.” kata Kadispen AD, Brigjen Wahyu Yudhayana
Peluang Emas untuk Anak Korban
Wahyu Yudhayana, mengungkapkan bahwa inisiatif ini merupakan bentuk komitmen TNI AD terhadap keluarga korban.
“TNI Angkatan Darat membuka peluang kepada seluruh putra-putri korban, apabila ada yang ingin bergabung menjadi prajurit Angkatan Darat,” ujarnya dalam keterangan pers pada Rabu (14/5), seperti dikutip dari Antara.
Langkah ini bukan sekadar janji. TNI AD juga menyiapkan pendampingan khusus melalui Kodim 0611/Garut untuk memastikan proses pendaftaran berjalan lancar. “Nantinya, jajaran Kodim 0611/Garut akan memberikan pendampingan dan bimbingan, sehingga prosesnya dapat berjalan dengan baik,” tambah Wahyu.
Dukungan Nyata untuk Keluarga Korban
Selain membuka peluang menjadi prajurit, TNI AD turut membantu proses pemakaman korban, baik dari kalangan prajurit maupun warga sipil. Total, 13 korban meninggal dunia dalam insiden ini, terdiri dari 4 prajurit TNI dan 9 warga sipil. TNI AD memastikan semua jenazah ditangani dengan layak dan diserahkan kepada keluarga masing-masing.
Sebagai bentuk penghormatan, Korem 062/Tarumanegara bersama Kodim 0611/Garut juga menggelar doa bersama dengan masyarakat setempat. Kegiatan ini akan berlangsung selama beberapa waktu ke depan untuk mendoakan para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Kronologi Tragedi yang Mengguncang
Insiden tragis ini terjadi saat TNI AD melakukan pemusnahan amunisi kedaluwarsa di kawasan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Garut. Pemusnahan dilakukan oleh Gudang Pusat Amunisi III Pusat Peralatan TNI AD pada Senin pagi sekitar pukul 09.30 WIB. Namun, malapetaka terjadi ketika detonator yang sedang disusun di dalam lubang tiba-tiba meledak.
“Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut, secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang,” jelasnya
Hingga kini, TNI AD masih menyelidiki penyebab pasti ledakan. Tim investigasi telah memeriksa 25 prajurit dan 21 warga sipil sebagai saksi, serta mengumpulkan barang bukti di lokasi kejadian.
Tragedi ini juga mendapat perhatian dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, yang berjanji menanggung biaya pendidikan dan kebutuhan hidup anak-anak korban hingga kuliah. Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberikan santunan Rp50 juta untuk setiap keluarga korban guna kebutuhan pemulasaraan jenazah dan ritual lainnya.
Namun, isu sensitif muncul ketika beberapa pihak menyebut warga sipil korban sebagai “pemulung” yang mencari sisa logam. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Reformasi Sektor Keamanan menilai pernyataan ini tidak sensitif. Keluarga korban pun membantah, menegaskan bahwa warga sipil yang tewas sedang bekerja membantu proses pemusnahan amunisi, sehingga insiden ini dikategorikan sebagai kecelakaan kerja.
Harapan dari Langkah TNI AD
Langkah TNI AD ini diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi keluarga korban, terutama anak-anak mereka. Dengan kesempatan menjadi prajurit, mereka tidak hanya mendapat peluang karier, tetapi juga penghormatan atas pengorbanan orang tua mereka. Inisiatif ini menjadi simbol bahwa di balik duka, masih ada cahaya masa depan yang bisa diraih.
TNI AD mengajak masyarakat untuk terus mendoakan kelancaran proses investigasi dan pemulihan bagi keluarga korban. “Kami memohon doa dan juga memohon pengertian semua pihak, investigasi yang sedang bekerja di lapangan sehingga nanti pada saatnya dapat kami sampaikan kepada semua pihak berkaitan dengan hasil pelaksanaan tugas tim investigasi di lapangan,” tutup Wahyu.