BANGKOK, THAILAND – Thailand sedang dihadapkan pada gelombang baru Covid-19 yang mengkhawatirkan. Varian XEC, turunan dari Omicron, menjadi penyebab utama lonjakan kasus yang kini menyebar dengan kecepatan tujuh kali lebih tinggi dibandingkan flu biasa.
Dengan lebih dari 108 ribu kasus dan 27 kematian sejak Januari 2025, varian ini menarik perhatian serius dari otoritas kesehatan setempat.
Lonjakan Kasus yang Mengkhawatirkan
Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand, varian XEC telah memicu peningkatan kasus yang signifikan. Data terbaru menunjukkan 108.891 kasus terdeteksi sepanjang 2025, dengan Bangkok sebagai pusat penyebaran, mencatatkan 6.000 kasus dalam sepekan.
“Kami terus meningkatkan kewaspadaan terhadap varian XEC yang menyebar jauh lebih cepat dibandingkan flu musiman,” ungkap perwakilan Kementerian Kesehatan Thailand, seperti dikutip dari Bangkok Post.
Meski varian ini tidak dikategorikan sebagai penyebab infeksi berat, kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak tetap berisiko tinggi. Tercatat 27 kematian telah terjadi, menandakan bahwa ancaman ini tidak bisa dianggap remeh. Lonjakan ini juga bertepatan dengan periode pasca-libur Songkran, di mana mobilitas masyarakat meningkat dan memicu penyebaran virus.
Mengapa Varian XEC Begitu Cepat Menyebar?
Varian XEC, yang merupakan cabang dari strain Omicron, memiliki tingkat penularan yang sangat tinggi. Menurut para ahli, kemampuan varian ini untuk menyebar tujuh kali lebih cepat dari flu biasa disebabkan oleh mutasi yang memungkinkan virus lebih mudah menempel pada sel manusia. Faktor lain seperti menurunnya kekebalan populasi, terutama pada mereka yang belum mendapatkan vaksin booster, turut memperparah situasi.
Dr. Thira Woratanarat, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Chulalongkorn, memperingatkan bahwa angka resmi kemungkinan belum mencerminkan jumlah kasus sebenarnya.
“Banyak individu yang terinfeksi belum mencari perawatan di rumah sakit, dan keterlambatan pelaporan bisa membuat jumlah kasus mingguan berlipat ganda,” katanya.
Gejala dan Cara Mengenali Varian XEC
Gejala varian XEC mirip dengan flu biasa, sehingga seringkali sulit dibedakan tanpa tes. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai meliputi:
- Demam atau suhu tubuh tinggi
- Batuk dan pilek
- Sesak napas ringan
- Nyeri otot, sakit kepala, dan hidung tersumbat
- Mual, muntah, atau diare pada beberapa kasus
Meski gejalanya cenderung ringan, para ahli menekankan pentingnya deteksi dini, terutama bagi kelompok rentan, untuk mencegah komplikasi.
Langkah Pencegahan yang Harus Dilakukan
Otoritas kesehatan Thailand mengimbau masyarakat untuk kembali menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari varian XEC:
Gunakan masker:
Terutama di tempat ramai atau ruang tertutup dengan sirkulasi udara buruk.
Cuci tangan secara rutin:
Gunakan sabun atau hand sanitizer untuk mengurangi risiko penularan.
Vaksinasi booster:
Pastikan Anda mendapatkan dosis tambahan vaksin Covid-19 untuk meningkatkan imunitas.
Hindari kerumunan:
Kurangi aktivitas di tempat-tempat dengan risiko penularan tinggi, terutama jika Anda merasa kurang sehat.
“Kami mendorong masyarakat untuk tetap waspada, memantau gejala, dan segera melakukan tes jika merasa tidak sehat,” ujar juru bicara Kementerian Kesehatan Thailand.
Indonesia Tetap Waspada
Meski Indonesia belum melaporkan lonjakan kasus serupa, Kementerian Kesehatan RI terus memperkuat pengawasan di pintu masuk negara melalui SatuSehat Health Pass.
“Kondisi di Indonesia tetap aman, tetapi kami terus memantau situasi global, termasuk di Thailand dan Singapura,” kata Aji, perwakilan Kemenkes RI.
Masyarakat Indonesia yang berencana bepergian ke Thailand atau negara lain dengan lonjakan kasus disarankan untuk mematuhi protokol kesehatan setempat dan menunda perjalanan jika tidak mendesak.
Jangan Panik, Tetapi Tetap Siaga
Meskipun varian XEC menunjukkan tingkat penularan yang tinggi, para ahli menegaskan bahwa varian ini tidak lebih berbahaya dibandingkan varian sebelumnya. Dengan langkah pencegahan yang tepat, risiko penyebaran dapat diminimalkan. Kuncinya adalah tetap disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dan memastikan vaksinasi booster telah dilakukan, terutama bagi kelompok rentan.