JAKARTA – Di tengah intensitas konflik Iran-Israel yang terus meningkat, suara mengejutkan datang dari dalam negeri Israel sendiri.
Yona Yahav, Wali Kota Haifa, menyampaikan seruan langka yang menginginkan segera dihentikannya konfrontasi bersenjata antar kedua negara yang kini kian memanas.
Seruan Yahav disampaikan dalam wawancara eksklusif bersama CNN International saat tensi perang mencapai level mengkhawatirkan, ditandai dengan saling serang fasilitas vital hingga ancaman terhadap tokoh-tokoh penting di pemerintahan masing-masing negara.
Ia menyoroti bahwa ketidakpastian sikap Amerika Serikat, terutama Presiden Donald Trump, memperpanjang ketegangan yang ada.
Yahav menilai waktu dua pekan yang dibutuhkan Trump untuk memutuskan posisinya terhadap perang ini sebagai waktu yang terlalu lama di tengah situasi yang mendesak.
“Saya tidak bisa mendapatkan jawaban pasti dari Trump, dan ini mengganggu saya,” ujar Yahav, menyusul serangan rudal Iran yang mencapai wilayah Haifa namun tidak menimbulkan korban jiwa, meski data resmi mencatat 21 warga mengalami luka-luka.
Seruan Perdamaian dari Kota Multietnis
Sebagai pemimpin salah satu kota paling beragam secara budaya dan agama di Israel, Yahav memosisikan dirinya sebagai tokoh perdamaian.
Ia secara tegas menyatakan penolakannya terhadap perang dan menyebut dirinya telah mengalami sepuluh kali perang sepanjang hidupnya.
Ia menyebut Haifa sebagai kota yang telah menjadi rumah damai bagi komunitas Yahudi dan Arab selama lebih dari satu abad.
“Saya tak suka perang,” ucap Yahav tanpa ragu.
Pernyataan ini menggarisbawahi keresahannya terhadap dampak jangka panjang konflik, tidak hanya terhadap keamanan fisik, tapi juga kohesi sosial antar komunitas di wilayahnya.
Dalam pandangan Yahav, Haifa memiliki posisi strategis sebagai model harmoni, dan perang hanya akan menghancurkan nilai-nilai kebersamaan yang selama ini dibangun.
Ia menyampaikan harapannya agar proses perundingan internasional, seperti negosiasi di Jenewa antara Iran dan negara-negara Eropa, bisa menghasilkan kesepakatan damai.
Stabilitas Regional Jadi Kebutuhan Mendesak
Yahav menyampaikan harapannya agar Presiden Trump segera mengambil langkah konkret demi stabilitas kawasan, bukan memperpanjang ketidakpastian.
Ia menegaskan bahwa stabilitas bukan sekadar kebutuhan geopolitik, tetapi kebutuhan mendasar rakyat sipil yang hidup dalam bayang-bayang rudal.
“Saya suka stabilitas, dan saya pikir [Trump] harus memberi kami stabilitas [yang kami butuhkan],” kata Yahav menutup wawancara tersebut.
Seruan ini menjadi catatan penting dalam dinamika geopolitik Timur Tengah, terutama saat suara-suara kritis dari internal Israel mulai menunjukkan kelelahan publik terhadap perang yang tak berujung.***