JAKARTA – Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengutuk serangan yang dilakukan Israel terhadap tenaga medis dan petugas tanggap darurat Palestina di Jalur Gaza. Para korban sedang menjalankan misi kemanusiaan ketika serangan itu terjadi.
Tedros menyampaikan kecaman dan keprihatinannya terhadap para korban secara langsung melalui kicauannya di akun X (dahulu Twitter) pribadinya.
The deadly attack against eight @PalestineRCS ambulance workers in #Gaza while on duty is deplorable.@WHO is gravely concerned about the well-being of ambulance worker Assad Al-Nassasra, who is still missing.
Under International Humanitarian Law, health workers must be…
— Tedros Adhanom Ghebreyesus (@DrTedros) March 31, 2025
“Serangan mematikan terhadap delapan pekerja ambulans Bulan Sabit Merah Palestina di Gaza saat bertugas sangat menyedihkan,” tulis Tedros melalui platform media sosial X, Senin malam (31/3).
“Kami berduka atas kematian rekan-rekan ini, dan kami mendesak agar serangan terhadap pekerja kesehatan dan kemanusiaan segera diakhiri,” tambahnya.
Tedros juga menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi pekerja ambulans, Assad Al-Nassasra, yang hingga kini masih dinyatakan hilang.
Pada Minggu (30/3), Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengumumkan bahwa mereka telah menemukan 14 jenazah korban serangan Israel.
Di antara korban, delapan merupakan pekerja Bulan Sabit Merah, lima personel Pertahanan Sipil, dan satu staf badan PBB.
Tragedi ini terjadi beberapa hari setelah Pertahanan Sipil Palestina melaporkan penemuan jenazah salah satu anggotanya yang juga menjadi korban serangan Israel. Dengan demikian, jumlah korban tewas akibat serangan ini mencapai 15 orang.
Serangan terhadap tenaga medis terjadi pada 23 Maret, ketika mereka sedang menuju lokasi untuk memberikan pertolongan pertama kepada korban penembakan Israel di wilayah Al-Hashashin.
Insiden ini memperlihatkan risiko besar yang dihadapi pekerja kemanusiaan di Gaza, yang tetap berupaya menolong sesama di tengah konflik.
Tindakan Israel ini mendapat kecaman luas dari berbagai organisasi hak asasi manusia serta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menuntut pertanggungjawaban atas serangan tersebut.
Israel mulai melancarkan serangan udara ke Gaza pada 18 Maret, menewaskan lebih dari 1.000 orang dan melukai lebih dari 2.000 lainnya.
Serangan ini juga menghancurkan kesepakatan gencatan senjata serta perjanjian pertukaran tahanan yang sebelumnya telah disepakati antara Israel dan kelompok pejuang Palestina, Hamas.