SUMBA BARAT DAYA, NTT – Di tengah kehidupan serba pas-pasan di wilayah pedalaman Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur, seorang ibu bernama Ester Nenggokaka kini mulai merasakan dampak positif dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah.
Sebelumnya, anak bungsunya, Lorensius Aganta, hanya memiliki berat badan 7 kilogram saat hampir menginjak usia dua tahun—angka yang jauh dari kategori normal menurut standar pertumbuhan anak balita.
“Hidup saya memang hidup pas-pasan,” tutur Ester saat ditemui pekan ini. Setiap harinya, ia menjalani rutinitas yang melelahkan: menjajakan sayur di pagi hari, lalu kembali ke rumah untuk merawat kedua buah hatinya. Dalam keterbatasan, Ester terus berjuang agar anak-anaknya tetap bisa makan dan tumbuh sehat.
Menurut pengakuannya, sebelum mendapatkan bantuan dari program makan bergizi gratis Presiden Prabowo, berat badan Lorensius tidak kunjung naik.
“Sebelum berat badan anak saya, sebelum dapat makanan gratis dari Bapak Presiden itu, berat badannya 7 kg. Saya tidak tahu sekarang ini berat badannya itu belum dicek lagi sejak dapat makan gratis dari Bapak Presiden,” ujarnya.
Meski belum melakukan penimbangan ulang, Ester yakin ada kemajuan. Ia mulai merasakan anaknya bertambah berat setelah sembilan hari rutin menerima paket makanan bergizi.
“Kalau ibu gendong, nambah berat, ya ada sedikit terasanya, tapi saya kurang tahu entah tambah berapa,” katanya.
Penimbangan berikutnya di posyandu menjadi harapannya untuk memastikan kemajuan tumbuh kembang sang anak.
Setiap pagi sebelum pukul 08.00, Ester sudah siap menjemput jatah makanan MBG. Ia menyebutkan menu harian yang diterima sangat bervariasi dan menyehatkan: telur, ikan, daging, tahu, tempe, wortel, dan buncis.
“Anak-anak saya juga memakan sampai habis,” ujarnya bangga. Menu tersebut bukan hanya mengisi perut tetapi juga memberi harapan untuk masa depan yang lebih baik.
Meski bersyukur atas bantuan MBG, Ester tetap menyimpan harapan yang lebih besar. Ia ingin kehidupan sehari-harinya bisa ikut terangkat.
Ester dan keluarganya tinggal di rumah tanpa listrik dan tidak memiliki lahan sendiri. Dalam segala kekurangan itu, ia berharap perhatian dari pemerintah tak berhenti di program makanan.
“Saya berharap dari Bapak Presiden Prabowo ini bisa membantu saya untuk yang ke depannya, kehidupan saya di hari-hari, berupa mungkin ada bantuan apa yang bapak bantu buat saya. Saya berterima kasih banyak, Pak.”
Program MBG tidak hanya menjadi solusi jangka pendek atas persoalan gizi anak-anak di pelosok, tapi juga simbol kehadiran negara bagi mereka yang selama ini hidup dalam keterbatasan.
Bagi Ester, satu kotak makan bergizi setiap pagi adalah secercah harapan bahwa perubahan, meski perlahan, memang sedang berjalan.***