BEIJING, CHINA – Bank Sentral China (PBOC) membiarkan nilai tukar yuan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya tensi perang dagang antara kedua negara. PBOC menetapkan kurs referensi yuan di posisi 7,2038 per dolar AS level terendah sejak September 2023.
Kepala Strategi Makro China dari Standard Chartered Bank, Becky Liu menilai langkah membiarkan ilai tukar yuan melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencerminkan perubahan pendekatan kebijakan valuta asing Beijing.
“Ini bisa menjadi sinyal bahwa rezim valuta asing China mulai bergeser ke arah depresiasi yang dikelola, bukan pembatasan ketat,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa fleksibilitas ini merupakan bagian dari strategi meredam tekanan ekonomi, terutama akibat kenaikan tarif yang agresif dari AS.
Pelemahan yuan berpotensi menguntungkan ekspor China, yang menjadi penopang utama perekonomian negara tersebut. Namun, tantangan serius datang dari Negeri Paman Sam. Presiden Donald Trump kembali mengancam akan menaikkan tarif impor produk China, setelah sebelumnya menerapkan bea masuk 34 persen pada pekan lalu.
Total tarif terhadap produk China bisa mencapai 104 persen di pasar AS. Sebelumnya, di awal tahun ini, AS juga telah menambahkan tarif sebesar 20 persen untuk berbagai komoditas asal China.
Meski dapat mendorong ekspor, depresiasi yuan juga menyimpan risiko bagi stabilitas keuangan China. Potensi volatilitas pasar dan arus keluar modal menjadi perhatian utama. Kepala Strategi Valuta Asing Mizuho Bank, Ken Cheung, memperkirakan PBOC akan tetap berhati-hati.
“Kami memperkirakan PBOC akan membuka ruang fleksibilitas secara bertahap guna merespons gejolak pasar akibat tarif. Namun, depresiasi tajam tidak mungkin dibiarkan terjadi karena risiko arus modal keluar yang tinggi,” jelasnya.
Ia menambahkan, PBOC kemungkinan akan lebih mengutamakan stabilitas nilai tukar demi menjaga ruang pelonggaran kebijakan moneter.