YERUSSALEM, PALESTINA – Israel memblokir akses truk bantuan kemanusiaan ke Gaza, memperburuk ketegangan yang sudah memuncak setelah kebuntuan dalam gencatan senjata. Hamas pun meminta mediator Mesir dan Qatar untuk turun tangan.
Menurut laporan Reuters, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya menyatakan bahwa pihaknya telah mengadopsi proposal dari utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, untuk gencatan senjata sementara selama Ramadan dan Paskah. Proposal ini diajukan beberapa jam setelah fase pertama gencatan senjata berakhir.
Jika disetujui, gencatan senjata ini akan menghentikan pertempuran hingga akhir Ramadan sekitar 31 Maret dan hari raya Paskah Yahudi sekitar 20 April.
Namun, syaratnya, Hamas harus membebaskan setengah dari sandera yang masih hidup maupun yang telah meninggal pada hari pertama, dan sisanya dibebaskan jika kesepakatan gencatan permanen tercapai.
Di sisi lain, Hamas menegaskan komitmennya pada gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya, yang seharusnya memasuki fase kedua dengan tujuan mengakhiri perang secara permanen.
Kelompok ini menolak keras usulan perpanjangan sementara gencatan senjata selama 42 hari.
Ketegangan ini semakin memanas setelah serangan Israel di utara dan selatan Gaza menewaskan empat warga Palestina, menurut pejabat kesehatan setempat. Insiden ini memperlihatkan betapa rapuhnya kesepakatan gencatan senjata yang ada.
Sumber di Mesir mengungkapkan bahwa delegasi Israel di Kairo berupaya memperpanjang fase pertama gencatan senjata selama 42 hari. Namun, Hamas bersikeras untuk segera beralih ke fase kedua.
Juru bicara Hamas, Hazem Qassem, menegaskan penolakan mereka terhadap formulasi Israel tersebut.
Pada fase pertama gencatan senjata, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel dan lima warga Thailand melalui proses tak terjadwal. Sebagai gantinya, Israel melepaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina dan menarik pasukannya dari beberapa posisi di Gaza.
Berdasarkan perjanjian awal, fase kedua seharusnya memulai negosiasi untuk pembebasan 59 sandera yang tersisa, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan mengakhiri perang. Namun, negosiasi ini tak kunjung dimulai, dengan Israel bersikeras bahwa semua sandera harus dibebaskan sebelum pertempuran dihentikan.
“Israel tidak akan mengizinkan gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami. Jika Hamas tetap menolak, akan ada konsekuensi tambahan,” tegas perwakilan kantor PM Israel.
Hamas mengecam tindakan Israel sebagai bentuk pemerasan dan upaya kudeta terhadap perjanjian yang telah disepakati.
Dengan situasi yang semakin memanas, nasib warga Gaza dan upaya perdamaian di kawasan itu kembali dipertaruhkan.