JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan langkah ekspor telur ayam konsumsi ke Amerika Serikat, dengan jumlah awal 1,6 juta butir per bulan. Upaya ini muncul setelah Indonesia mencatatkan surplus produksi telur secara nasional yang mencapai 288,7 ribu ton atau sekitar 5 miliar butir tiap bulan.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda, mengatakan Indonesia memiliki peluang besar untuk mengisi kekosongan pasokan telur di negara-negara yang tengah mengalami krisis produksi, termasuk AS yang saat ini terdampak wabah flu burung (HPAI).
“Kami terus mendorong peningkatan ekspor dengan memastikan standar kualitas, keamanan pangan, dan persyaratan negara tujuan terpenuhi,” kata Agung dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu (29/3).
AS kini mengalami lonjakan harga telur akibat gangguan produksi, dengan harga yang melonjak hingga 4,11 dolar AS atau setara Rp68 ribu per lusin. Dalam situasi ini, Indonesia hadir sebagai alternatif pemasok yang siap memenuhi kebutuhan.
“Sebagai tahap awal, ekspor ke AS sebanyak 1,6 juta butir per bulan diyakini dapat terealisasi. Saat ini, proses penjajakan dan pemenuhan protokol ekspor tengah dilakukan,” ujarnya.
Sebelum menyasar pasar Amerika, Indonesia telah lebih dulu mengirimkan telur konsumsi ke negara-negara seperti Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA).
Agung menjelaskan bahwa untuk dapat masuk pasar AS, telur ekspor Indonesia harus memenuhi berbagai persyaratan ketat, khususnya dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA).
“Telur yang akan diekspor harus berkualitas tinggi, bebas Salmonella, serta tidak mengandung residu antibiotik agar sesuai dengan standar keamanan pangan yang ditetapkan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat,” kata dia.
Ia memastikan bahwa rencana ekspor ini tidak akan mengganggu kebutuhan domestik. Pemerintah tetap menjamin ketersediaan pasokan dan stabilitas harga di dalam negeri.
“Ekspor dilakukan tanpa mengganggu pasokan dan stabilitas harga di pasar dalam negeri,” terang Agung.
Kementan memperkirakan produksi telur tahun 2025 akan mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhan nasional diperkirakan 6,2 juta ton. Dengan potensi surplus yang signifikan, Agung optimistis peluang ekspor masih terbuka lebar.
“Kami siap bekerja sama dengan berbagai pihak agar ekspor telur ini berjalan lancar dan memberikan manfaat bagi peternak, pelaku usaha, serta perekonomian nasional,” tegasnya.