MAKKAH – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub RI) bersama Otoritas Bandara Taif International Airport di Makkah, Arab Saudi, tengah membahas potensi penggunaan bandara tersebut untuk melayani kedatangan jemaah haji dan umrah asal Indonesia.
Menteri Perhubungan RI, Dudy Purwagandhi, mengungkapkan bahwa secara teknis Bandara Taif dapat digunakan untuk mendukung jemaah haji dan umrah dari Indonesia. “Bandara Taif secara teknis bisa digunakan untuk jamaah haji dan umrah asal Indonesia,” ujar Dudy Purwagandhi di Jakarta, Senin (9/6/2025).
Pembicaraan tersebut berlangsung dalam pertemuan antara anggota Amirul Hajj Indonesia 2025 dan Otoritas Bandara Taif di Makkah pada Minggu (8/6). Salah satu tujuan utama dari pertemuan ini adalah untuk mengeksplorasi kemungkinan menggunakan Bandara Taif sebagai alternatif jalur kedatangan jemaah haji dan umrah. Langkah ini diambil sebagai upaya pemerintah Indonesia untuk mendistribusikan arus kedatangan jemaah dan memberikan jalur yang lebih efisien menuju Makkah.
Menhub RI berharap bahwa penggunaan Bandara Taif dapat memberi kenyamanan lebih bagi jemaah haji dan umrah Indonesia. “Bandara Taif akan menjadi alternatif bandara haji/umrah selain Jeddah dan Madinah untuk mengurangi kepadatan. Apalagi, jarak dari Bandara Taif ke Makkah hanya 70 km,” ungkapnya.
Pada musim haji tahun ini, Bandara Taif sudah digunakan pertama kalinya untuk kedatangan jemaah haji khusus asal Indonesia. Sebanyak 44 jemaah haji khusus Indonesia tiba di Bandara Taif pada Rabu (28/5). “Kedatangan di Bandara Taif ini menjadi catatan penting dalam upaya diversifikasi jalur masuk jemaah haji ke Arab Saudi,” kata Dudy Purwagandhi.
Dalam pertemuan tersebut, turut hadir beberapa anggota Amirul Hajj Indonesia, antara lain Penasihat Khusus Presiden Bidang Urusan Haji Muhadjir Effendy, Kepala Badan Pelaksana Badan Pengelola Keuangan Haji Fadlul Imansyah, Wakil Menteri Agama RI Romo KH R Muhammad Syafi’i, Rektor IPB University Arif Satria, dan Konsul Jenderal Republik Indonesia Yusron B. Ambary.