JAKARTA — Curah hujan yang mengguyur dengan intensitas tinggi sejak Senin dini hari, 21 April 2025, membuat sejumlah wilayah di Kabupaten Pesawaran, Lampung, lumpuh akibat banjir.
Dua kecamatan yang paling parah terdampak yakni Padang Cermin dan Way Ratai. Di tengah kepanikan warga, pasukan TNI Angkatan Laut dari Batalyon Infanteri 9 Marinir (Yonif 9 Marinir) tampil sebagai garda terdepan aksi kemanusiaan.
Sebagai respons cepat atas kondisi darurat tersebut, satu peleton prajurit khusus dari Yonif 9 Marinir diterjunkan langsung ke lokasi.
Di bawah komando Pater Kompi Markas, Lettu Marinir Indra Prayitno, pasukan elit itu menyisir rumah-rumah warga yang terendam air demi mengevakuasi kelompok rentan seperti lansia, wanita, dan ibu hamil.
“Seluruh prajurit kami akan terus bekerja sama dengan seluruh unsur terkait untuk memastikan evakuasi berjalan cepat dan aman,” ujar Danyonif 9 Marinir, Letkol Marinir Achmad Toripin.
Ia menegaskan bahwa kesiapsiagaan personel TNI AL merupakan wujud nyata peran militer dalam membantu rakyat di tengah bencana alam.
Evakuasi Prioritaskan Korban Rentan
Air bah yang menerjang wilayah pesisir menyebabkan banyak rumah warga terendam setinggi pinggang orang dewasa.
Tim penyelamat dari Yonif 9 Marinir memfokuskan upaya evakuasi pada kelompok prioritas. Dengan perahu karet dan perlengkapan SAR, mereka membawa warga ke posko darurat yang disiapkan oleh BPBD Provinsi Lampung.
Komandan Toripin menyatakan bahwa evakuasi tidak hanya bertujuan menyelamatkan, tapi juga membangun ketenangan psikologis warga.
“Kehadiran kami di tengah masyarakat adalah bentuk kepedulian sekaligus bagian dari implementasi kebijakan Kasal Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali dalam mendukung penanggulangan bencana nasional,” tegasnya.
Kolaborasi Lintas Sektor
Menurut laporan di lapangan, banjir kali ini diperparah oleh tanggul yang jebol akibat tekanan air.
Insiden ini menjadi pengingat pentingnya sinergi antara militer, pemerintah daerah, dan relawan sipil dalam menciptakan sistem peringatan dini serta mitigasi bencana.
Peristiwa ini juga memperkuat urgensi peran prajurit TNI AL sebagai elemen strategis non-tempur.
Mereka tak hanya andal dalam tugas pertahanan negara, tetapi juga menjadi harapan masyarakat dalam menghadapi krisis kemanusiaan seperti banjir, longsor, dan gempa.***