JAKARTA – Setiap tanggal 8 Mei, dunia memperingati Hari Palang Merah Sedunia, sebuah momen untuk menghormati jasa kemanusiaan. Namun, di Indonesia, tanggal ini juga menyimpan memori kelam: kematian tragis Marsinah, seorang aktivis buruh yang menjadi simbol perjuangan hak pekerja.
Kisahnya terus dikenang sebagai pengingat akan keberanian dan pengorbanan.
Kronologi Kematian Marsinah
Pada 8 Mei 1993, Marsinah, buruh pabrik PT Catur Putra Surya di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, ditemukan tewas secara mengenaskan. Jasadnya ditemukan di sebuah hutan di Wilangan, Nganjuk, dengan tanda-tanda kekerasan yang mengerikan. Marsinah hilang setelah memimpin aksi mogok kerja menuntut kenaikan upah dan perbaikan kondisi kerja.
“Ia adalah pejuang yang tak kenal takut,” kenang rekan sesama aktivis, seperti dikutip dari laporan tempo dulu.
Sebelum kematiannya, Marsinah dikenal vokal dalam memperjuangkan hak buruh. Ia aktif mengorganisir rekan-rekannya untuk menuntut keadilan.
Namun, keberaniannya diduga menjadi ancaman bagi pihak tertentu. Hingga kini, kasus kematian Marsinah belum sepenuhnya terpecahkan, meninggalkan luka mendalam bagi keluarga dan komunitas buruh.
Hari Palang Merah Sedunia: Simbol Kemanusiaan
Di sisi lain, 8 Mei juga menjadi Hari Palang Merah Sedunia, yang diperingati untuk menghormati jasa organisasi kemanusiaan global. Hari ini menandai kelahiran Henry Dunant, pendiri Palang Merah, yang menginspirasi gerakan bantuan kemanusiaan di seluruh dunia.
Tema peringatan tahun ini mengajak masyarakat untuk mendukung aksi kemanusiaan di tengah konflik dan bencana global.
Palang Merah Indonesia (PMI) turut memperingati hari ini dengan berbagai kegiatan, seperti donor darah dan kampanye kemanusiaan.
“Kami berkomitmen untuk terus membantu mereka yang membutuhkan, di mana pun mereka berada,” ujar salah satu relawan PMI.
Makna di Balik 8 Mei
Peristiwa 8 Mei mengajarkan dua sisi kehidupan: perjuangan dan kemanusiaan. Marsinah mewakili semangat perlawanan demi keadilan, sementara Hari Palang Merah mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas.
Kisah Marsinah menjadi pengingat bahwa perjuangan untuk keadilan sering kali membutuhkan pengorbanan besar, namun semangatnya terus hidup di hati para pejuang hak asasi.