RIADH, ARAB SAUDI – Pemerintah Amerika Serikat dikabarkan akan mengumumkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina dalam waktu dekat. Informasi ini mencuat menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Teluk-AS di Arab Saudi pada pertengahan Mei 2025.
Langkah ini disebut-sebut sebagai bagian dari strategi besar Trump untuk meredefinisi hubungan AS dengan kawasan Teluk dan menyelesaikan konflik berkepanjangan di Palestina.
Menurut sumber diplomatik dari negara Teluk yang dikutip The Media Line, Trump berencana mendeklarasikan pengakuan terhadap negara Palestina tanpa kehadiran Hamas.
“Presiden Donald Trump akan mengeluarkan deklarasi mengenai Negara Palestina dan pengakuan Amerika terhadapnya, dan bahwa akan ada pendirian negara Palestina tanpa kehadiran Hamas,” ujar sumber tersebut.
KTT Teluk-AS Jadi Panggung Besar
KTT di Arab Saudi diprediksi bukan sekadar pertemuan biasa. Para pengamat memperkirakan acara ini akan menghasilkan terobosan diplomatik, seperti perjanjian ekonomi atau kesepakatan keamanan antara negara-negara Teluk dan AS. Namun, rumor pengakuan Palestina menjadi sorotan utama.
“Ini bisa jadi momen bersejarah yang mengguncang status quo di Timur Tengah,” kata analis politik dari Al Mayadeen, Ahmad al-Ibrahim.
Namun, keputusan ini juga menuai kontroversi. Menurut Ahmad al-Ibrahim, absennya Mesir dan Yordania dari KTT ini menjadi pertanyaan besar.
“Saya tidak berharap ini akan menjadi masalah (pengakuan) Palestina. Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Raja Abdullah II dari Yordania tidak diundang. Mereka adalah dua negara yang paling dekat dengan Palestina, dan penting bagi mereka untuk hadir di acara seperti ini,” katanya, seperti dikutip Al Mayadeen, Sabtu.
Reaksi Dunia dan Dampak Politik
Kabar ini memicu beragam reaksi di panggung internasional. Di media sosial, terutama platform X, warganet ramai membahas langkah Trump. Sebagian menyebutnya sebagai “kemenangan diplomasi” untuk Palestina, sementara yang lain skeptis dan mempertanyakan motif di balik keputusan ini.
Ada spekulasi bahwa langkah ini merupakan bagian dari negosiasi besar dengan Arab Saudi untuk memperkuat posisi AS di kawasan, terutama di tengah ketegangan dengan Israel akibat kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Pengakuan AS terhadap Palestina juga dianggap sebagai respons terhadap tekanan global yang semakin kuat untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina. Dengan langkah ini, Trump tampak ingin mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pemimpin yang berani mengambil keputusan besar, meski di sisi lain, hubungannya dengan Israel berpotensi memanas.
Apa Arti Langkah Ini untuk Palestina?
Bagi Palestina, pengakuan AS bisa menjadi titik balik. Selama ini, AS dikenal sebagai sekutu utama Israel, sehingga langkah ini dianggap sebagai perubahan paradigma. Namun, syarat “tanpa Hamas”
Hamas, yang menguasai Gaza, adalah pemain kunci dalam politik Palestina. Menyingkirkan mereka dari persamaan bisa memicu ketegangan baru di wilayah tersebut.
Di sisi lain, langkah ini juga bisa membuka pintu bagi investasi dan bantuan internasional untuk Palestina, sekaligus memperkuat posisi negara-negara Teluk dalam mediasi konflik.
“Jika Trump serius, ini bisa jadi awal dari era baru bagi Palestina, tapi tantangannya tetap besar,” ujar seorang pengamat Timur Tengah dari Universitas Georgetown.
Langkah Berani atau Strategi Politik?
Meski terdengar heroik, beberapa pihak melihat langkah Trump sebagai manuver politik untuk mengalihkan perhatian dari isu domestik AS, seperti kebijakan tarif impor yang kontroversial. Selain itu, hubungan Trump yang retak dengan Netanyahu juga disebut-sebut sebagai pemicu keputusan ini.
“Trump ingin menunjukkan bahwa dia bisa membuat gebrakan tanpa bergantung pada Israel,” tulis seorang pengguna di platform X.