JAKARTA – Presiden AS Donald Trump menegaskan komitmennya untuk menyelesaikan ketegangan nuklir dengan Iran melalui jalur diplomasi. Namun, dia tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer jika upaya damai gagal. Pernyataan ini disampaikan Trump saat menerima Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni di Ruang Oval, Gedung Putih.
“Saya tidak akan mencegah (Israel serang Iran),” tegas Trump.
“Tapi saya tidak terburu-buru melakukannya, karena saya kira Iran punya peluang untuk menjadi negara hebat dan hidup bahagia tanpa kematian. Itu pilihan pertama saya.”
Trump juga memuji rakyat Iran sebagai “orang-orang yang luar biasa, sangat cerdas, energik, dan sukses.”
Dia menegaskan bahwa AS tidak berniat merugikan Iran, tetapi akan tetap mencegah Tehran mengembangkan senjata nuklir.
“Sederhana saja. Kita tidak ingin merebut industri mereka atau tanah mereka. Yang kita sampaikan adalah: Anda tidak boleh memiliki senjata nuklir,”
tegasnya.
JCPOA dan Upaya Perundingan Baru
Trump membela keputusannya menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran (JCPOA) pada 2018. Menurutnya, kesepakatan itu terlalu singkat dan perlu diganti dengan perjanjian yang lebih kuat.
“Kami tidak membuat kesepakatan jangka pendek dengan beberapa negara. Ini adalah negara-negara yang berumur panjang,”ujarnya.
Saat ini, AS dan Iran sedang menggelar perundingan nuklir. Pertemuan pertama berlangsung di Oman pada Sabtu lalu, sedangkan putaran kedua digelar di Roma, Italia. Kedua pihak menyambut positif jalannya diskusi, dengan Gedung Putih menyebutnya “sangat konstruktif.”
Analisis: Mampukah Diplomasi Mengatasi Ketegangan?
Pernyataan Trump ini menunjukkan dua pendekatan sekaligus: diplomasi dan ancaman militer.
Meski ingin menghindari konflik terbuka, AS tetap memberi sinyal kuat bahwa serangan terhadap fasilitas nuklir Iran masih mungkin terjadi, terutama jika Israel memutuskan untuk bertindak.
Dengan perundingan masih berlangsung, dunia menunggu apakah Iran bersedia berkompromi atau justru memicu eskalasi baru.