WASHINGTON DC – Serangan Udara Amerika ke Iran – Amerika Serikat kembali mengguncang peta geopolitik global setelah meluncurkan serangan militer terkoordinasi terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran pada Sabtu (21/6/2025) malam.
Operasi yang diklaim sukses besar itu diumumkan langsung oleh Presiden AS Donald Trump dalam pernyataan resmi yang disiarkan di platform Truth Social pada Sabtu malam waktu setempat.
Dalam unggahannya, Trump menyebut bahwa jet tempur AS telah menghantam tiga pusat penting yang diduga terkait program nuklir Iran, yakni Fordow, Natanz, dan Esfahan. Ia menegaskan bahwa semua pesawat tempur telah kembali dengan selamat setelah menyelesaikan misinya.
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga situs nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan. Semua pesawat kini berada di luar wilayah udara Iran.”
“Muatan penuh BOM telah dijatuhkan di situs utama, Fordow. Semua pesawat sedang dalam perjalanan pulang dengan selamat.”
“Selamat kepada para Prajurit Amerika yang hebat. Tidak ada militer lain di dunia yang bisa melakukan ini. Sekarang waktunya untuk perdamaian! Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini,” ungkap Trump
Trump menegaskan bahwa tujuan utama operasi ini adalah untuk menunjukkan kemampuan militer AS dan memberikan sinyal tegas kepada Teheran agar tidak memperluas provokasi di kawasan. Ia juga memperingatkan bahwa jika Iran melakukan aksi balasan, tindakan lanjutan bisa saja dilakukan.
Trump Salahkah Iran atas Ribuan Korban Jiwa
Dalam pidatonya yang disiarkan secara nasional beberapa jam setelah serangan, Trump menumpahkan amarahnya kepada Iran, menyalahkan negara itu atas “ribuan kematian” yang menurutnya terjadi akibat kebencian yang mendalam terhadap Amerika Serikat dan sekutunya.
Ia juga menyinggung sosok Jenderal Qassem Soleimani, pemimpin Pasukan Quds Iran yang tewas dalam serangan udara AS pada 2020.
“Selama 40 tahun, Iran mengatakan, ‘Mati untuk Amerika, Mati untuk Israel.’ Mereka telah membunuh orang-orang kita, meledakkan tangan dan kaki mereka dengan bom pinggir jalan. Itu adalah keahlian mereka,” kata Trump.
“Kami kehilangan lebih dari 1.000 orang, dan ratusan ribu orang di Timur Tengah dan di seluruh dunia telah meninggal sebagai akibat langsung dari kebencian mereka.”
“Khususnya, begitu banyak yang dibunuh oleh jenderal mereka, Qassem Soleimani. Saya memutuskan sejak lama bahwa saya tidak akan membiarkan ini terjadi. Ini tidak akan berlanjut,” tambahnya.
Trump juga mengapresiasi militer AS, menyebut bahwa tidak ada kekuatan bersenjata lain di dunia yang mampu melakukan operasi seperti malam ini. Ia menggambarkan keberhasilan ini sebagai bukti supremasi militer Amerika.
Langkah Strategis atau Awal Eskalasi Baru?
Dalam pernyataannya, Trump mengonfirmasi bahwa Menteri Pertahanan Pete Hegseth dan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Dan “Razin” Caine akan memberikan keterangan resmi kepada pers di Pentagon, Minggu pagi pukul 08.00 waktu setempat.
Pengumuman ini memperlihatkan bahwa AS tengah mengelola narasi internasional atas tindakannya.
Serangan ini menjadi pukulan langsung terhadap infrastruktur nuklir Iran di tengah ketegangan regional yang belum sepenuhnya reda.
Para analis menilai, Fordow, Natanz, dan Esfahan merupakan jantung dari ambisi nuklir Iran yang telah lama menuai kecaman internasional.
Operasi ini berpotensi memicu respons keras dari Teheran.
Meski Trump menyatakan bahwa “sekarang waktunya untuk perdamaian”, banyak pihak meragukan bahwa ketegangan akan surut dalam waktu dekat. Dunia kini menanti sikap Iran, apakah akan memilih jalur diplomasi atau menyiapkan respons militer.***