BEIJING, RRC – Presiden China, Xi Jinping, melontarkan kecaman keras terhadap kebijakan Presiden AS, Donald Trump, yang memerintahkan pengusiran mahasiswa asal China dari Universitas Harvard. Kebijakan ini menjadi sorotan dunia karena dinilai memperburuk hubungan diplomatik kedua negara.
Latar Belakang Kebijakan Kontroversial Trump
Pemerintahan Trump baru-baru ini mengeluarkan larangan bagi Universitas Harvard untuk menerima mahasiswa internasional, dengan mahasiswa asal China menjadi target utama. Langkah ini diduga berkaitan dengan tuduhan bahwa Harvard gagal menangani isu kekerasan dan antisemitisme di kampus, sebagaimana dilaporkan oleh CNBC Indonesia pada 23 Mei 2025. Selain itu, pemerintah AS juga menuding Harvard masih mempertimbangkan faktor etnis dalam proses penerimaan mahasiswa, yang memicu protes dan gugatan hukum terkait diskriminasi terhadap mahasiswa Yahudi.
Kebijakan ini membuat sejumlah mahasiswa China, termasuk anak-anak elit Partai Komunis Tiongkok (PKT), kebingungan. Salah satu contoh terkenal adalah putri Xi Jinping, Xi Mingze, yang pernah menempuh pendidikan di Harvard menggunakan nama samaran dan lulus pada 2014.
Respons Keras Xi Jinping
Xi Jinping tak tinggal diam. Pemerintah China mengecam keras langkah Trump, menyebutnya sebagai tindakan diskriminatif yang merugikan hubungan bilateral.
“Kebijakan ini tidak hanya mencoreng reputasi akademik global, tetapi juga memicu ketegangan yang tidak perlu antara AS dan China,” demikian pernyataan resmi dari Beijing.
Menurut laporan, China menilai langkah ini sebagai upaya AS untuk menekan pengaruh China di panggung global, terutama di bidang pendidikan tinggi. Beijing bahkan mengisyaratkan kemungkinan pembalasan, meski belum merinci bentuknya.
Dampak pada Mahasiswa dan Hubungan Bilateral
Kebijakan Trump ini tak hanya berdampak pada mahasiswa China, tetapi juga menciptakan efek domino di dunia akademik. Banyak mahasiswa asing di Harvard kini merasa was-was dengan masa depan studinya. Hong Kong, sebagai salah satu wilayah yang siap menampung mahasiswa yang terdampak, telah mengumumkan kesiapannya untuk membuka pintu bagi pelajar internasional yang terusir.
Sementara itu, hubungan AS-China yang sudah tegang akibat perang dagang dan isu geopolitik kini semakin rumit. Meski Trump dan Xi Jinping baru-baru ini dikabarkan mencapai kesepakatan untuk meredakan perang dagang, kebijakan pengusiran mahasiswa ini berpotensi menggagalkan upaya damai tersebut.
Harvard dalam Sorotan
Harvard sendiri berada di posisi sulit. Universitas bergengsi ini dituduh melawan perintah Trump, yang menyebabkan nasibnya semakin terpuruk. Pemerintah AS bahkan mencabut sertifikasi Program Pertukaran Mahasiswa Universitas, sebuah pukulan besar bagi reputasi Harvard sebagai salah satu institusi pendidikan terkemuka di dunia.
Sebelumnya, Harvard telah berjanji memberikan perlindungan tambahan bagi mahasiswa Yahudi menyusul gugatan hukum terkait antisemitisme di kampus. Namun, langkah ini tampaknya tidak cukup untuk meredam tekanan dari pemerintahan Trump.
Kebijakan Trump ini tidak hanya memicu kemarahan China, tetapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang masa depan hubungan akademik dan diplomatik global. Akankah Xi Jinping membalas dengan kebijakan serupa? Ataukah dunia akademik akan menemukan solusi untuk meredakan ketegangan ini?
Yang jelas, perseteruan ini menjadi babak baru dalam dinamika kompleks antara dua kekuatan dunia. Sementara itu, mahasiswa China di Harvard kini terpaksa mencari alternatif untuk melanjutkan pendidikan mereka, dengan Hong Kong menjadi salah satu destinasi potensial. Situasi ini juga menjadi pengingat bahwa dunia pendidikan tidak luput dari dampak persaingan geopolitik.
Kebijakan kontroversial Trump telah menempatkan Harvard dan mahasiswa internasional dalam situasi sulit, sekaligus memperburuk hubungan AS-China. Dengan Xi Jinping yang “ngamuk” dan dunia akademik yang terguncang, semua mata kini tertuju pada langkah selanjutnya dari kedua negara.