KAIRO, MESIR – Sepuluh warga negara Indonesia atau WNI yang hendak bergabung dalam aksi solidaritas “Konvoi Global ke Gaza” dicegah oleh otoritas Mesir di perbatasan Rafah. Mereka terancam dideportasi jika nekat mendekati wilayah pintu masuk menuju Jalur Gaza.
Kejadian ini memicu perhatian luas setelah kisah perjuangan mereka tersebar viral di media sosial.
Aksi “Konvoi Global ke Gaza” merupakan inisiatif sejumlah LSM internasional yang bertujuan mendesak Israel membuka akses bantuan kemanusiaan ke Gaza. Namun Mesir selaku pengelola perbatasan Rafah melarang keras aktivitas tanpa izin resmi.
Di antara WNI yang terlibat terdapat sejumlah tokoh seperti aktris Zaskia Adya Mecca, Wanda Hamidah dan Ratna Galih. Saat ini mereka berada dalam situasi tertekan di Kairo ibu kota Mesir.
Kronologi Penggerebekan Hotel
Dramatisnya situasi bermula saat hotel tempat para WNI menginap digerebek oleh lebih dari 20 petugas kepolisian Mesir pada pagi hari. Ratna Galih melalui akun Instagram bernama Raniy mengungkapkan pengalaman tersebut
“Baru tenang pagi pagi hotel kita digerebek 20 polisi lebih 3 mobil tiba tiba bus kita sudah tidak mau mengantar sekarang kita di escort sama polisi tidak bisa kemana mana karena kalau kita meninggalkan Kairo atau mendekati global march mereka akan menangkap kita Sebagian yang dari Malaysia sudah dideportasi,” tulisnya.
Para WNI kini berada di bawah pengawasan ketat aparat Mesir tidak diperbolehkan meninggalkan Kairo atau mendekati lokasi aksi solidaritas.
Beberapa aktivis dari Malaysia bahkan sudah dideportasi seperti dilaporkan Daily Mail dan ancaman serupa kini mengintai para WNI lainnya termasuk Hamidah Rachmayanti Irvan Farhad Indadari Mindrayanti Hemy Sution Nur Aminah Tandya Rachmat Sampurna dan Muhammad Hibbatur Rahman.
Respons Kementerian Luar Negeri RI
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Rolliansyah Roy Soemirat memberikan pernyataan terkait situasi ini dalam wawancara dengan VOI.id. Roy menegaskan bahwa partisipasi WNI dalam aksi ini merupakan inisiatif pribadi bukan kegiatan resmi pemerintah.
“Partisipasi para individu Indonesia di acara itu sebenarnya pilihan individu yang kita tidak ikut campur,” ujar Roy Senin 16 Juni.
“Hanya pada saat yang bersamaan Pemerintah RI selalu mengimbau WNI ke mana pun itu harus selalu mempertimbangkan faktor safety security dan juga mempertimbangkan peraturan yang ditentukan pemerintah setempat.”
Kemenlu RI memastikan telah memberikan bantuan maksimal kepada para WNI termasuk pendampingan oleh Kedutaan Besar RI di Kairo. Roy juga menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap peraturan negara tujuan
“Setiap negara memiliki peraturan masing masing sehingga WNI harus mematuhinya,” tegasnya.
Mesir dan Tekanan Israel
Pencegahan ini tidak lepas dari dinamika politik regional. Pada 11 Juni 2025 Menteri Pertahanan Israel Israel Katz meminta Mesir memblokir aktivis yang hendak mencapai perbatasan Gaza. Mesir yang mendukung upaya menekan Israel agar mencabut blokade Gaza tetap mensyaratkan izin resmi bagi delegasi asing yang ingin mendekati perbatasan Rafah.
Kementerian Luar Negeri Mesir belum memberikan komentar resmi namun sebelumnya menegaskan bahwa setiap aktivitas di perbatasan harus sesuai regulasi keamanan nasional.
Dampak dan Solidaritas Global
Aksi “Konvoi Global ke Gaza” yang melibatkan sekitar 4.000 aktivis dari 80 negara ini mendapat sorotan internasional. Melalui akun X @marchtogaza2025 panitia menyerukan solidaritas global:
“Governments may be silent but we won’t be The #marchtogaza is building momentum—will you stand with us for justice?”
Di sisi lain Indonesia terus menunjukkan komitmennya terhadap isu Palestina. Pekan ini Indonesia akan menggalang dukungan internasional dalam High Level International Conference for the Peaceful Settlement of the Question of Palestine di New York tanggal 17 sampai 20 Juni 2025. Roy menegaskan
“Indonesia akan terus menggaungkan pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat di internasional.”
Nasib Para WNI
Hingga berita ini diturunkan nasib 10 WNI masih belum jelas mereka tetap berada di Kairo di bawah pengawasan ketat menunggu solusi dari KBRI dan otoritas Mesir. Kisah mereka menjadi cerminan perjuangan kemanusiaan penuh risiko sekaligus pengingat pentingnya koordinasi dan kepatuhan terhadap hukum internasional.