JAKARTA – Mantan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menuding Israel melakukan genosida di Jalur Gaza dan menyebutnya sebagai operasi pembersihan etnis terbesar sejak Perang Dunia II. Ia juga menyeret Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa sebagai pendukung tindakan tersebut, memicu kontroversi di panggung geopolitik internasional.
Kritik Pedas dari Diplomat Berpengaruh
Josep Borrell, yang menjabat sebagai Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa dari 2019 hingga 2024, dikenal sebagai sosok berpengaruh di panggung diplomasi global. Sebelumnya, ia juga pernah memimpin Parlemen Eropa. Dalam pernyataannya, Borrell tak hanya menyoroti tindakan Israel, tetapi juga mengkritik keras sikap AS dan Eropa yang dinilainya sebagai pendukung operasi militer di Gaza.
“Amerika yang ingin menjadi hebat lagi, membantu dan mendukung genosida oleh Israel,” ujar Borrell, mengutip pernyataan serupa dari mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad. “Begitu pula sekutu-sekutunya di Eropa. Ini adalah perilaku orang-orang biadab, bukan orang-orang beradab,” tegasnya.
Tuduhan Genosida dan Sorotan Dunia
Tuduhan genosida bukan kali pertama dilontarkan terhadap Israel. Sebelumnya, Afrika Selatan menggugat Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) atas dugaan kejahatan genosida di Gaza. Pada Januari 2024, ICJ memerintahkan Israel untuk mencegah genosida, menghukum pihak yang mempromosikan genosida, dan memastikan bantuan kemanusiaan mengalir ke warga Gaza. Irlandia bahkan berencana bergabung dengan gugatan ini, menambah tekanan internasional terhadap Israel.
PBB juga turut bersuara. Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB menyatakan bahwa pasukan Israel telah menghancurkan fasilitas kesehatan secara sistematis, yang dianggap sebagai bagian dari tindakan genosida. Laporan ini menyebutkan bahwa Israel telah merusak “kapasitas reproduksi warga Palestina” dengan mencegah kelahiran, sebuah pelanggaran serius menurut Konvensi Genosida.
Namun, Israel membantah keras tuduhan ini. Perwakilan Israel di PBB menyebut laporan PBB sebagai “tak berdasar, bias, dan tak bisa dipercaya.” Mereka menegaskan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memiliki kebijakan ketat yang melarang pelanggaran seperti kekerasan seksual atau genosida.
Dukungan AS dan Eropa di Bawah Sorotan
Pernyataan Borrell juga menyoroti peran AS dan Eropa dalam konflik ini. Dukungan militer dan diplomatik dari AS, termasuk pengiriman senjata ke Israel, menjadi bahan kritik. Sementara itu, sejumlah negara Eropa dinilai tidak cukup vokal menentang tindakan Israel, meskipun beberapa di antaranya, seperti Irlandia, mulai mengambil langkah tegas.
Mahathir Mohamad, dalam pernyataan terpisah, juga menyebut AS dan Eropa sebagai pendukung genosida. “Ini adalah perilaku orang-orang biadab,” katanya, menegaskan bahwa dukungan ini mencoreng citra negara-negara yang mengklaim sebagai pembela hak asasi manusia.
Reaksi dan Dampak Global
Pernyataan Borrell langsung memicu reaksi beragam. Di media sosial, terutama platform X, topik ini menjadi perbincangan hangat. Sejumlah pengguna mendukung tuduhan Borrell, menyebutnya sebagai keberanian untuk mengungkap kebenaran. Namun, tak sedikit pula yang mengecamnya, menilai pernyataan ini bias dan memicu polarisasi.
Di tengah situasi yang memanas, tekanan terhadap Israel terus meningkat. Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) bahkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang. Meski Israel bukan bagian dari Statuta Roma, langkah ini menunjukkan betapa seriusnya tuduhan yang dihadapi.
Konflik di Gaza dan tuduhan genosida ini terus menjadi sorotan dunia. Pernyataan keras dari tokoh seperti Borrell dan Mahathir menambah bahan bakar pada debat global tentang tanggung jawab internasional. Sementara itu, warga Gaza masih menghadapi krisis kemanusiaan yang memburuk, dengan fasilitas kesehatan hancur dan bantuan sulit masuk.