JAKARTA – Maskapai Jeju Air asal Korea Selatan menyampaikan permintaan maaf setelah kecelakaan pesawat miliknya yang jatuh di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12) pagi.
Sejak berdiri pada 2005, Jeju Air berjanji akan mengambil langkah-langkah maksimal untuk menangani insiden ini.
“Kami, Jeju Air, akan melakukan segala upaya untuk mengatasi kecelakaan ini. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan,” ungkap Jeju Air melalui akun Instagram mereka pada Minggu (29/12).
Seperti diberitakan oleh Yonhap, Jeju Air saat ini tengah mengadakan rapat darurat yang dipimpin langsung oleh CEO Kim Yi-bae. Rapat tersebut juga dihadiri oleh seluruh eksekutif dan pimpinan tim di kantor Jeju Air Aviation Support Center yang terletak di Gangseo-gu.
Maskapai ini juga berencana mengadakan konferensi pers dalam waktu dekat, meskipun jadwal pasti acara tersebut masih belum diumumkan.
Insiden ini menjadi kecelakaan fatal pertama sepanjang sejarah Jeju Air, yang sebelumnya tercatat belum pernah mengalami kecelakaan serupa. Insiden sebelumnya terjadi pada 2007, ketika pesawat Bombardier Q400 tergelincir di Bandara Internasional Gimhae akibat angin kencang. Saat itu, pesawat yang mengangkut 74 penumpang tersebut menyebabkan belasan orang terluka.
Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban tewas yang tercatat dari kecelakaan pesawat Jeju Air telah mencapai 62 orang. Angka ini meningkat dari laporan sebelumnya yang mencatat 47 orang tewas dan 3 selamat. Total ada 181 orang yang berada di dalam pesawat, termasuk 175 penumpang dan 6 kru.
Kecelakaan ini terjadi setelah layanan darurat menerima panggilan sekitar pukul 09.00 waktu setempat di Bandara Internasional Muan, yang terletak di Provinsi Jeolla Selatan. Saat ini, evakuasi dan penyelidikan masih berlangsung. Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, telah memerintahkan agar upaya penyelamatan penumpang pesawat dilakukan secara maksimal.




