JAKARTA – Angkatan Bersenjata Yaman pada Kamis (16/10/2025) mengonfirmasi kematian Kepala Staf mereka, Mayor Jenderal Mohammad Abd al-Karim al-Ghamari, dalam sebuah serangan udara yang diluncurkan oleh Israel. Dalam pernyataan resminya, pihak militer yang berafiliasi dengan kelompok Ansarallah tersebut menyebutkan bahwa al-Ghamari, yang juga tewas bersama putranya yang berusia 13 tahun, Hussein, serta sejumlah rekannya, telah gugur. Namun, waktu pasti peristiwa tersebut tidak disebutkan.
Pernyataan itu menyebutkan bahwa al-Ghamari dan mereka yang terlibat dalam serangan tersebut telah “meraih kehormatan besar” dengan “menumpahkan darah mereka dalam pertempuran terhormat melawan musuh Israel.” Pihak Houthi juga menggambarkan al-Ghamari sebagai seorang syahid yang “berkumpul dengan para syahid besar dalam perjalanan menuju Al-Quds,” sebagai bagian dari komitmennya terhadap jihad dan tugasnya.
Selain itu, dalam keterangannya, Houthi menegaskan bahwa dalam dua tahun terakhir, mereka telah memberikan dukungan penuh bagi rakyat Palestina dalam melawan pendudukan Israel dan serangan genosidanya di Gaza. Dalam dua tahun tersebut, “sejumlah besar martir” termasuk warga sipil, personel militer, serta sejumlah pejabat tinggi, seperti Perdana Menteri dan para menteri, telah gugur dalam operasi militer yang dikenal dengan nama Pertempuran Penaklukan yang Dijanjikan.
Kelompok ini juga mengklaim telah melaksanakan 758 operasi selama periode tersebut, yang melibatkan penggunaan 1.835 rudal balistik, rudal bersayap, drone, dan kapal angkatan laut. Pihak Houthi mencatat bahwa mereka telah melakukan 346 serangan terhadap kapal-kapal Israel dan yang melanggar larangan Yaman terhadap navigasi Israel, yang berlangsung di beberapa perairan strategis. Selain itu, pertahanan udara mereka berhasil menembak jatuh 22 pesawat pengintai MQ-9 Amerika dan melancarkan 40 operasi intersepsi terhadap pesawat musuh.
Kelompok ini menegaskan bahwa “putaran konflik” dengan Israel belum berakhir, dan mereka berjanji untuk memberikan balasan yang setimpal terhadap “kejahatan” Israel di Gaza.
Sementara itu, perang genosida yang dimulai pada 7 Oktober 2023 oleh militer Israel, dengan dukungan Amerika, telah mengakibatkan lebih dari 68.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 170.000 lainnya terluka. Ribuan orang masih hilang, dan jutaan lainnya terpaksa mengungsi akibat kerusakan infrastruktur yang sangat parah, yang belum pernah terjadi sejak Perang Dunia II.




