JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami tekanan signifikan pada perdagangan Selasa (18/3), mencatatkan penurunan 6,12% atau 395,87 poin dan ditutup di level 6.076,08.
Koreksi tajam ini juga berdampak pada indeks LQ45 yang melemah 5,25% atau turun 38,27 poin ke posisi 691,08.
Akibatnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah penghentian sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11:19:31 WIB melalui sistem Jakarta Automated Trading System (JATS), sesuai dengan kebijakan jika IHSG turun lebih dari 5% dalam satu sesi.
Meskipun mengalami tekanan signifikan, Kepala Strategi Makro Asia Pasifik Bank of New York (BNY), Aninda Mitra, menilai bahwa dampak pelemahan IHSG tidak akan menyebar luas ke pasar valuta asing (valas) maupun obligasi.
Ia menyebut faktor utama yang menjaga stabilitas pasar adalah pasokan dolar AS yang melimpah serta rendahnya kepemilikan asing atas surat utang pemerintah.
“Saya tidak akan mengesampingkan tekanan yang moderat, tetapi masih diragukan apakah ini pasti akan menyebar lebih luas ke valuta asing dan obligasi,” ujar Aninda Mitra dalam pernyataannya di Jakarta, Rabu (19/3).
Lebih lanjut, Aninda menjelaskan bahwa dibandingkan periode sebelumnya, tingkat kerentanan Indonesia terhadap pembalikan cepat modal asing lebih rendah.
Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat serta kebijakan pemerintah yang lebih ketat dalam mengelola devisa hasil ekspor. Dengan adanya regulasi ini, likuiditas dolar di dalam negeri tetap terjaga, sehingga mampu menstabilkan pergerakan nilai tukar rupiah.
Selain itu, kepemilikan asing terhadap obligasi rupiah tetap berada di kisaran 15% dari total keseluruhan, jauh lebih rendah dibandingkan level prapandemi yang sempat mencapai hampir 40%. Menurutnya, sebagian besar kepemilikan asing terhadap obligasi ini kemungkinan juga telah mendapatkan lindung nilai terhadap risiko mata uang.
Di sisi lain, investor domestik diharapkan tetap berhati-hati dalam menyikapi pergerakan pasar yang bergejolak.
Sentimen global seperti kebijakan moneter Bank Sentral AS (The Fed), dinamika geopolitik, serta data ekonomi terbaru masih menjadi faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar ke depan.
Meski demikian, dengan fundamental ekonomi yang cukup kuat dan stabilitas likuiditas yang terjaga, potensi pemulihan IHSG tetap terbuka dalam jangka menengah hingga panjang.
Pada perdagangan hari ini, IHSG ditutup pada level 6.311 naik tajam 88,27 poin atau setara 1,42%. Bahkan IHSG pimpin penguatan sejumlah indeks di kawan Asia Pasifik.***