Brasil – Dalam tujuh hari terakhir, banjir bandang di negara bagian Rio Grande do Sul, Brasil selatan telah menewaskan sedikitnya 78 orang dan 103 lainnya hilang. Lebih dari 88.000 warga mengungsi akibat bencana ini.
Banjir ini merupakan yang terparah dalam 150 tahun terakhir di Brasil. Permukaan sungai naik karena curah hujan tinggi disertai badai, menggenangi setidaknya 114 kota di berbagai wilayah. Gubernur Rio Grande do Sul, Eduardo Leite, menyatakan bahwa situasinya akan menjadi lebih buruk.
Beberapa kota terisolasi karena jembatan-jembatan runtuh dan jalan-jalan hancur akibat banjir dan tanah longsor. Pemerintah setempat telah meliburkan sekolah di seluruh negara bagian dan meminta bantuan dari angkatan bersenjata untuk menangani bencana ini.
Hujan deras yang melanda negara bagian Rio Grande do Sul sejak Senin (28/4/2024) hingga Minggu (5/5/2024) dipicu oleh fenomena El Nino. Curah hujan tinggi mencapai lebih dari 300 mm dalam waktu kurang dari seminggu di beberapa kawasan, seperti lembah, lereng gunung, dan perkotaan.
Kondisi ini menimbulkan kenaikan beberapa sungai, termasuk Sungai Guaiba yang mencapai rekor ketinggian 5,33 meter pada Minggu pagi akibat hujan lebat. Ini melampaui ketinggian sungai saat terjadi banjir bersejarah di Brasil pada 1941 yang mencapai 4,76 meter.
Sungai Guaíba di ibu kota Porto Alegre mencapai level rekor 17,4 kaki, meninggalkan 1,4 juta penduduk dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sejauh ini, 839.000 rumah di daerah tersebut tidak memiliki air, dan 421.000 rumah tidak memiliki listrik. Lebih dari 707.000 orang terdampak oleh banjir yang terus berlangsung, dengan lebih dari 105.000 orang dievakuasi. Setidaknya 20.000 orang telah kehilangan rumah mereka.
Hujan lebat dimulai minggu lalu dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga Selasa, memperburuk krisis lingkungan. Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva, mengunjungi wilayah yang terkena dampak untuk menyaksikan kerusakan yang luas.