JAKARTA – Pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang akan diluncurkan pada 24 Februari 2025 mengejutkan banyak pihak. Nilai aset yang dikelola badan ini begitu besar hingga membantah anggapan bahwa Indonesia adalah negara miskin.
“Banyak pihak yang terkejut dengan adanya Danantara, mereka pikir Indonesia merupakan negara yang miskin,” ujar Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan usai menghadiri Indonesia Economic Summit (IES) 2025 di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Setelah resmi diluncurkan, sejumlah negara dikabarkan tertarik menjalin kemitraan dengan Danantara. Salah satunya adalah Abu Dhabi, yang ingin berekspansi ke sektor energi baru terbarukan (EBT).
“Saya kira sangat banyak. Paling tidak yang saya tahu dengan Abu Dhabi,” kata Luhut, dikutip dari Antara.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah mengumumkan bahwa peluncuran Danantara akan berlangsung pada 24 Februari mendatang. Pembentukan badan ini disahkan dalam Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yang telah disetujui dalam Rapat Paripurna DPR RI pada 4 Februari 2025.
Danantara diharapkan mampu mengoptimalkan aset serta potensi BUMN guna mendukung kesejahteraan nasional. Keberadaannya juga sejalan dengan amanah Pasal 33 UUD 1945, yang menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Badan ini membawahi Indonesia Investment Authority (INA) serta tujuh BUMN dengan total aset mencapai Rp9.480 triliun. Dengan angka tersebut, Danantara menjadi Sovereign Wealth Fund (SWF) terbesar keempat di dunia.