JAKARTA – Kasus Covid-19 di Indonesia kembali menunjukkan tren peningkatan. Kementerian Kesehatan mencatat lonjakan kasus sejak awal tahun, terutama disebabkan oleh subvarian Omicron JN.1. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa meski varian ini menular, dampaknya tidak tergolong mematikan.
“Covid memang mengalami kenaikan, tetapi kenaikan ini berasal dari varian-varian yang relatif tidak mematikan,” ujar Menkes Budi usai bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (3/6/2025).
Varian Omicron JN.1 Mendominasi
Kementerian Kesehatan mencatat 72 kasus varian Omicron JN.1 terdeteksi sejak Januari 2025. Varian ini juga mendominasi lonjakan kasus di negara-negara tetangga seperti Thailand, Hong Kong, Malaysia, dan Singapura. Meski penularan meningkat, belum ada laporan kematian terkait varian tersebut di Indonesia.
Budi menekankan bahwa masyarakat tidak perlu panik. “Kita harus tetap tenang dan waspada, tapi jangan lengah,” ucapnya.
Sebagai langkah antisipasi, pemerintah telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SR.03.01/C/1422/2025 untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap potensi lonjakan kasus.
Langkah Antisipatif Pemerintah
Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, di antaranya:
- Memperkuat pemantauan kasus melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR), termasuk pelaporan influenza-like illness (ILI) dan severe acute respiratory infection (SARI).
- Meningkatkan koordinasi dengan fasilitas kesehatan dan pemangku kepentingan untuk validasi data dari WHO dan lembaga resmi lainnya.
- Mengeluarkan surat edaran kewaspadaan, khususnya di wilayah mobilitas tinggi seperti Jakarta, Bali, dan kota besar lainnya.
- Dukungan juga datang dari Partai Perindo yang menyebut kebijakan ini sebagai “langkah antisipatif yang patut diapresiasi” demi menjaga stabilitas situasi kesehatan nasional.
Masyarakat Diminta Disiplin Prokes
Meski varian JN.1 tidak mematikan, Menkes Budi tetap mengingatkan pentingnya disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan, termasuk memakai masker di tempat ramai, menjaga jarak, dan mencuci tangan secara rutin.
“Jangan paranoid, tapi tetap disiplin. Kita sudah punya pengalaman menangani pandemi sebelumnya, jadi kita tahu apa yang harus dilakukan,” katanya.
Optimisme dan Kesiapan Hadapi Lonjakan
Situasi di Indonesia saat ini dinilai lebih terkendali dibandingkan gelombang pandemi sebelumnya. Pemerintah mengandalkan cakupan vaksinasi yang tinggi serta ketersediaan obat seperti Molnupiravir dan Paxlovid sebagai penopang pengendalian kasus.
WHO juga mencatat lonjakan global sebanyak 91.583 kasus selama 28 hari hingga 11 Mei 2025, menandakan bahwa peningkatan ini merupakan fenomena internasional.
Masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti informasi resmi dari Kementerian Kesehatan dan WHO agar terhindar dari informasi palsu dan hoaks. Dengan kerja sama semua pihak, pemerintah optimistis lonjakan ini dapat dikendalikan tanpa dampak serius.