JAKARTA – Di tengah sorotan dunia terkait aksi militer Israel yang menimbulkan banyak korban dalam serangan ke Teheran, Iran pada Jumat (13/6/2025), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkapkan alasan agresi negaranya tersebut.
Benjamin Netanyahu menyatakan, langkah militer terarah telah diluncurkan guna mencegah Teheran mencapai ambang kepemilikan senjata nuklir, yang menurutnya tinggal menghitung waktu.
Dalam pidato melalui rekaman video, Netanyahu menegaskan bahwa perkembangan nuklir Iran telah mencapai titik krusial.
Negara itu disebut telah memperkaya uranium dalam level tinggi dan tengah menuju fase produksi senjata nuklir. Ia memperingatkan bahwa dalam hitungan bulan atau paling lama setahun, Iran bisa memiliki senjata tersebut.
“Jika tidak dihentikan, Iran bisa memproduksi senjata nuklir dalam waktu sangat singkat,” tegas Netanyahu, beberapa saat usai Israel mengonfirmasi serangan udara pada malam hari, seperti dilansir Usatoday.
Target utama serangan ini mencakup fasilitas pengayaan uranium di Natanz, sejumlah ilmuwan terkemuka yang terlibat dalam riset nuklir, serta program rudal balistik Iran.
Netanyahu menuding bahwa misil-misil tersebut dapat dijadikan medium untuk membawa hulu ledak nuklir ke target yang lebih luas.
“Operasi ini akan berlanjut selama beberapa hari sesuai kebutuhan untuk menghilangkan ancaman ini,” ujar Netanyahu dalam pidato bahasa Inggrisnya.
Situasi Politik dan Respons Internasional
Tindakan militer Israel ini dilakukan di tengah peringatan dari mantan Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya menyuarakan pentingnya diplomasi dan menolak opsi serangan selama kesepakatan nuklir masih mungkin dirundingkan.
Perundingan tahap keenam dijadwalkan berlangsung di Oman pada Minggu, meski keberlanjutan forum itu diragukan pascaserangan pada 13 Juni. Hingga kini, belum ada kepastian apakah utusan Trump, Steve Witkoff, tetap akan menghadiri putaran diplomasi tersebut.
Netanyahu, yang berbicara langsung kepada publik global, menuding bahwa Iran berusaha “membeli waktu” sembari mempercepat program senjatanya. Ia juga memperingatkan bahwa teknologi nuklir Iran dapat disalurkan ke kelompok-kelompok proksi yang oleh banyak negara dianggap sebagai organisasi teroris.
“Hari ini jelas bahwa Iran hanya sedang membeli waktu. Kami tidak punya pilihan selain bertindak, dan bertindak sekarang.”
Data Nuklir dan Kecemasan Global
Menurut laporan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akhir Mei lalu, Iran diketahui telah memperkaya uranium hingga level 60%.
Angka ini hanya berselisih sedikit dari tingkat kemurnian 90% yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir.
Penilaian terbaru IAEA pada 12 Juni menyebutkan bahwa Iran melanggar kewajiban nonproliferasi nuklir.
Untuk pertama kalinya dalam dua dekade, Dewan Gubernur IAEA menyetujui resolusi terhadap Iran yang didukung Amerika Serikat.
Dalam pidatonya, Netanyahu juga mengaitkan ancaman nuklir Iran dengan sejarah kelam Holocaust.
Ia menyebut berdirinya Israel pasca-Perang Dunia II adalah komitmen terhadap kehidupan, dan bahwa negeri Yahudi itu takkan membiarkan “Holocaust nuklir” terjadi di masa depan.
“Jangkauan misil balistik Iran yang semakin meningkat akan membawa mimpi buruk nuklir itu ke kota-kota di Eropa, dan pada akhirnya, ke Amerika,” kata Netanyahu, sembari menyerukan perhatian dari publik Barat.***