TEHERAN – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, konflik Iran-Israel semakin meningkat. Militer Iran secara terbuka mengancam akan menarget siapa pun yang terlibat dalam pengiriman bantuan senjata ke Israel.
Ancaman ini disampaikan langsung oleh juru bicara Markas Besar Angkatan Bersenjata Iran, Khatim Al-Anbiya. Pernyataan tegas tersebut muncul di tengah situasi yang memanas antara Iran dan Israel.
Menurut perwakilan militer Iran, kondisi pertahanan Israel saat ini telah melemah drastis meskipun negara itu didukung sistem rudal canggih dan bantuan militer dari Amerika Serikat. Iran menuding Tel Aviv mengalami kekurangan kritis dalam hal amunisi dan sistem pertahanan udara.
Dengan menyebutkan dominasi intelijen serta kekuatan operasional pasukan rudal dan drone, Iran memperingatkan bahwa segala bentuk pengiriman perangkat militer—baik lewat jalur udara maupun laut—akan dianggap sebagai tindakan bermusuhan terhadap Republik Islam Iran.
“Kami memperingatkan bahwa pengiriman perangkat keras militer atau radar—baik melalui laut maupun udara—untuk membantu rezim zionis akan dianggap sebagai partisipasi langsung dalam agresi terhadap Republik Islam Iran dan karena itu akan diperlakukan sebagai target yang sah,” tegas Khatim Al-Anbiya.
Iran Nyatakan Siap Tindak Semua Pihak yang Bersekutu dengan Israel
Peringatan tersebut mencerminkan ketegasan sikap militer Iran terhadap dukungan internasional terhadap Israel.
Juru bicara militer Iran menegaskan bahwa setiap bentuk bantuan logistik kepada Israel merupakan keterlibatan langsung dalam konflik bersenjata.
Negara-negara yang mengirim sistem radar atau alat tempur lainnya bisa menjadi sasaran serangan militer Iran.
Sementara itu, Iran mengklaim bahwa keberhasilan serangan rudal dan drone ke sejumlah posisi strategis Israel membuktikan kemajuan teknologi tempur dan efektivitas intelijen mereka.
Di saat bersamaan, Iran menyatakan bahwa dominasi militer zionis mulai runtuh karena tekanan bertubi-tubi dan melemahnya jaringan pertahanan yang sebelumnya dianggap sangat kuat.
Pernyataan terbaru ini menambah daftar panjang eskalasi verbal dan militer antara kedua negara. Komunitas internasional pun waspada terhadap kemungkinan konflik regional yang lebih besar akibat saling ancam ini.***