TEHERAN, IRAN – Iran kembali menegaskan komitmennya untuk tidak mengembangkan senjata nuklir, sekaligus membantah spekulasi dan tuduhan dari sejumlah pihak internasional. Dalam pernyataan terbarunya.
Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian, menyatakan dengan tegas bahwa negaranya tidak memiliki ambisi untuk membangun arsenal nuklir.
“Punya keinginan pun tidak,” ujar Amirabdollahian, memperkuat sikap resmi Teheran.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan global seputar program nuklir Iran. Meski demikian, Iran menegaskan bahwa seluruh pengembangan nuklirnya semata-mata bertujuan damai, termasuk untuk pembangkit listrik dan penelitian medis. Pemerintah Iran juga menyerukan dialog konstruktif dengan komunitas internasional guna meredakan ketegangan.
Latar Belakang Ketegangan Nuklir Iran
Isu nuklir Iran telah lama menjadi perhatian dunia. Sejak Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir 2015 (JCPOA) pada 2018, hubungan antara Teheran dan negara-negara Barat terus memburuk. Sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh AS dan sekutunya memicu respons keras dari Iran, termasuk peningkatan aktivitas pengayaan uranium. Namun, Teheran bersikukuh bahwa langkah tersebut tidak bermaksud militer.
Amirabdollahian juga menekankan bahwa Iran tetap terbuka untuk negosiasi guna menghidupkan kembali JCPOA, selama semua pihak menghormati kedaulatan dan kepentingan nasional Iran.
“Kami ingin solusi diplomatik, bukan konfrontasi,” tambahnya.
Respons Dunia dan Langkah ke Depan
Pernyataan dari Menteri Luar Negeri Iran mendapat tanggapan beragam dari komunitas internasional. Sejumlah negara Barat menyambut baik komitmen Iran, namun tetap menuntut bukti nyata melalui pengawasan ketat dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA). Di sisi lain, negara-negara tetangga di kawasan Timur Tengah terus memantau situasi dengan penuh kewaspadaan, mengingat potensi dampaknya terhadap keamanan regional.
Dengan nada optimistis, Iran mendorong terciptanya dialog transparan untuk membangun kepercayaan global. Meski begitu, tantangan tetap besar, terutama akibat tekanan politik dan sanksi ekonomi yang terus berlangsung. Pertanyaannya kini, apakah dunia akan menyaksikan terobosan diplomatik atau justru peningkatan ketegangan lebih lanjut? Situasi ini masih menjadi perhatian utama di panggung internasional.